"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Selasa, 22 Juni 2010

SISTEM LAND TENURE ORANG KATU

1. Pemilikan dan Penguasaan Tanah Merdeka

Di Katu, tanah-tanah dimiliki secara perseorangan dan kelompok. Lahan-lahan pertanian (Ladang), Sawah dan tanaman tahunan (Menjadi dasar untuk menjelaskan status pemilikan. Tetapi, pada lahan-lahan yang tengah diisterahatkan, dimana sudah ditumbuhi belukar, pempohonan, dan dibanyak tempat sudah menjadi hutan yang padat maka batasan kepemilikan menjadi sangat kompleks olehnya, langka paling mudah untuk menjelaskan pemilikan ta0nah adalah dengan memeriksa sejarah atauh riwayat pemanfaatan tanah tersebut.

Polah pemilikan dan penguasaan tanah orang katu terlihat pada bagaimana mereka mendefenisikan hak-haknya atas hutan dalam konsepsi mereka secara tradisional dan adapt, mereka membagi hutan dalam beberapa jenis dan tingkatan.

ORANG KATU

Orang Katu yang dimaksud dalam tulisan ini adalah penduduk Desa Katu di Kecamatan Loreh Utara (sekarang Lore Tengah) Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah.
Orang Katu adalah bagian dari suku Besoa atau dalam sebutan sesunggunya Behoa. Sebagaimana dituturkan oleh orang-orang besoa sendiri, maupun di dalam litelatur-litelatur lama (Lihat Kaudern And Wassen, 1944) merujuk pada pengelompokan etnik yakni kaili, tomini, Kulawi, Pamona, Lore, Mori, Bungku, Saluan, Balantak, Banggai, Toli-toli dan Buol (Lihat Mattulada, 1991), maka suku besoa merupakan bagian dari suku Lore.
Suku Besoa mendiami delapan desa dikawasan itu. selain Desa Katu, suku ini menyebar di Desa Doda, Bariri, Lempe, Hanggira, Torire, Rompo dan Talabosa. Orang Besoa menyebut desa Katu Torire, Rompo dan Talabosa sebagai desa Kakau atau besoa hutan, dan Desa Doda, Bariri, Lempe dan Hanggira disebut behoa ngamba atau besoa lembah, sekarang ada desa baru yang bernama Baliura sebagai Desa Trans, yang tempat itu direncanakan untuk memindahkan Desa Katu, tapi orang Katu menolak. Dimasa lalu, Besoa Kakau memang ditengah-tengah hutan. Sebutan besoa ngamba memang diperuntukan bagi lokasi ditengah-tengah lembah dataran tinggi besoa.
Orang Katu menggubakan bahasa Besoa ketika berkomunikasi antara sesame mereka, atau dengan sesame orang besoa lainnya. Bahkan mereka tetap menggunakan bahasa besoa ketika berkomunikasi dengan orang Napu, suku tetangga mereka yang menggunakan bahasa Pekurehua antara orang besoa dan orang Napu memang dapat bertukar tutur dengan menggunakan bahasa mereka sendiri-sendiri. Mayoritas diantara orang katu juga dapat berbahasa Indonesia.
Seperti orang besoa lainnya, orang Katu adalah penganut Kristen Prostestan. Menurut penuturan beberapa pemuka masyarakat sejak tahun 1929 orang Katu menjadi penganut Kristen mungkin benar karena sejak tahun 1909, P.Ten Kate, seorang zending telah ditempatkan di Napu (Kruyt), 1975 :184, kemudian Kristen pertamapun berdiri di Watutau (Napu) dan Doda (Besoa), dan tahun 1913, orang Kristen Pertama di Baptis di Napu, seorang laki-laki mudah (Aditjondro, 1979).

Desa Katu adalah satu diantara 21 desa di Kecamatan Lore Uatara, sekarang salah satu desa diantara 7 desa di kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Terletak pada koordinad 01° 35’19,00 (LS) dan 120° 25’ 26,8 (Bujur Timur). Berada pada ketingian 1100 m diatas permukaan laut (dpl.) dan dikelilingi hutan. Desa ini relative terisolasi, karena untuk mencapainya harus berjalan kaki atau menunggang Kuda melalui jalan setapak berkelok sejauh 7 km dari desa Rompo Sekarang sudah bias dilalui kendaraan roda dua. Waktu tempu antara satu sampai dengan dua jam dimusim hujan, waktu tempu menjadi lebih panjang karena jalan penuh dengan Lumpur. Pada tahun 2001 penduduk desa Katu berjumlah 226 Jiwa dengan komposisi kelamin 124 laki-laki, dan 102 perempuan, terdapat 67 kepalah keluarga, kini 317 jiwa dengan komposisi kelamin 168 laki-laki, dan 149 perempuan dari 97 KK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.