"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Jumat, 27 Juli 2012

Kisru Tambang di Morowali

Oleh : Adriansyah, Manager Kampanye dan Jaringan YTM

Ada sejarah menarik yang perlu di ingat, mengenai kekacauan pemerintah dalam menetapkan wilayah tambang di daerah morowali. Sejak tahun 1964, warga Bahomotefe mulai berurusan dengan persoalan tambang yakni Inco Ltd telah melakukan pemboran untuk sampel bahan kandungan nikel atau eksplorasi.

Sejak itu berbagai macam persoalan serius mucul akibat aktivitas perusahaan raksasan tersebut, Pertama, areal konsesi PT. Inco terletak di wilayah tradisional yang secara turun-temurun dimiliki dan dikuasai oleh penduduk setempat. Kedua, tumpang tindih areal konsesi Inco dengan pemukiman eks transmigrasi di Desa One Pute Jaya (Eks UPT Bohomotefe), Bahomakmur (eks UPT Bohodopi). Lihat (Kertas Posisi YTM 02/ 2001).

Jumat, 10 Februari 2012

Pergulatan Revolusi Nasional Memangsa Sang Pembangun

Sumber                     : Tabloid Pembebasan, Edisi VIII/Thn II/Juli 2003
Kontributor               : Dewan Redaksi Tabloid Pembebasan,  Januari 2004
Versi Online              : Indomarxist.N
* * *
Pengembaraan Intelektual Amir, Medan Keteguhan dan Kecerdasan Politik
MASA hidup Amir Sjarifuddin terentang sepanjang paruh pertama abad ke-20. Usia itu habis diserap oleh penemuan, keyakinan, dan kegagalan akan harapan-harapan besar dari jamannya. Itu terungkap dalam kata-kata "kemerdekaan nasional", "kedaulatan rakyat", dan "sosialisme".
Seperti juga di negeri-negeri bergolak lain pada massa itu, di Indonesia pun semua itu dipadatkan dalam sepatah kata saja: "revolusi".

Amir, sebagaimana pemuda seangkatan lainnya, disadarkan tentang arti kata "revolusi" dan janji-janjinya. Pertama melalui apa yang dipelajari dari guru Belanda mereka tentang Revolusi Prancis, ketika masih belajar di sekolah menengah dan sekolah tinggi hukum. Memang, ia lebih banyak berkiblat kepada Revolusi Prancis, dan bukan revolusi-revolusi Amerika atau Rusia.

Sneevliet: Dari Belanda Menebar Benih Radikalisme di Indonesia

Sumber                      : Arsip Tabloid Pembebasan
Kontributor               : Dewan Redaksi Tabloid Pembebasan,  Januari 2004
Versi Online              : Indomarxist.Net,  3 Februari 2004

* * *
Dalam pustaka sejarah, nama Sneevliet lebih identik sebagai penyemai ‘virus’ ideologi komunisme, yang dibawanya dari Belanda. Sasarannya bukan hanya orang-orang Belanda yang ada di Indonesia, melainkan juga orang-orang Indonesia. Di negeri asalnya, dia adalah petaka bagi rezim. Kepalanya terlalu keras untuk ditundukkan. Akibatnya, dia masuk daftar buronan, yang siap diseret ke penjara kapan saja.    

Bernama lengkap Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet, kita lebih mengenalnya dengan nama nama Sneevliet. Ia lahir di Rotterdam, 13 Mei 1883. Proses berpolitiknya dimulai ketika tahun 1901, dia bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik di Belanda. Akhirnya, pada usia 20–an, dia mulai berkenalan dengan gelanggang politik. Ia bergabung dalam Sociaal Democratische Arbeid Partij (Partai Buruh Sosial Demokrat) di Nederland hingga tahun 1909, yakni sebagai anggota  Dewan Kota Zwolle. Setelah itu dia diangkat sebagai pimpinan serikat buruh kereta api dan trem (National Union of Rail and Tramway Personnel) pada tahun 1911.

Made with Tripod.com Rosa Luxemburg: Sang Pedang Revolusi

Sumber            : Tabloid Pembebasan Edisi V/Thn II/Februari 2003
Kontributor      : Dewan Redaksi Tabloid Pembebasan,  Januari 2004
Versi Online      : Indomarxist.Net,  3 Februari 2004

 ***
Banyak sudah tulisan yang memahat nama agung perempuan ini, seorang pemimpin partai revolusioner Jerman (SPD); jurnalis dan penulis tersohor, sekaligus pemikir Marxis terkemuka. Rosa Luxemburg, tak hanya di Jerman, namanya abadi pula dalam perjuangan revolusioner di Polandia dan Rusia. Sebarisan karya-karya besarnya menjadi bagian dari penggerak perubahan sejarah. Seumur hidupnya, dengan sepenuh-penuh jiwanya, ia teguh berjuang demi tegaknya sosialisme.

Berakhir tragis. Setahun setelah revolusi Bolsyevik yang dengan gemilang meledak di Rusia, rezim Hitler menamatkan riwayatnya. Tengah malam pada Januari 1919, setelah menjalani perburuan panjang, beserta Wilhelm Pieck dan Karl Liebknecht, -- kawan-kawannya-- ia ditangkap tentara Jerman. Dalam perjalanan ke penjara mereka disiksa habis-habisan. Batok kepala Luxemburg dihantam dengan popor senjata, remuk. Belum selesai di situ, kepala perempuan yang sarat pikiran-pikiran radikal ini dihujani berpuluh-puluh peluru.

Mayatnya lantas dilempar ke sungai. Leo Jogiches, kawan karib sekaligus kekasihnya,  terus mencari-cari hingga akhirnya ia sendiri tertangkap dan dibunuh tentara Jerman, sebelum berhasil menemukan mayat Luxemburg. Baru pada bulan Mei, mayat Luxemburg ditemukan mengapung, tersangkut di tiang pancang jembatan, di sebuah sungai di pinggiran kota Berlin.

Remuk, dan sudah membusuk. Toh, orang masih mengenali Rosa Luxemburg, masih mengenali sebelah kakinya yang cacat. Surat-surat indah, artikel, polemik yang ditulis pada kawan-kawannya, pada Leo Jochiches yang sering dipanggilnya “Julek”,  adalah jejak-jejak berharga yang tertinggal sampai abad ini. Dia dikebumikan pada Juni di Friedrichsfeld berdampingan dengan kekasihnya. Juga bersama dengan jasad para revolusioner lainnya.

Minggu, 25 Desember 2011

Berpikir dengan Pendekatan Materialisme Dialektis dan Historis


Oleh : Martin Suryajaya

“Materialisme adalah konsepsi filsafat Marxis, sedang dialektika adalah metode-nya” sedangkan “materialisme historis adalah penerapan atau pengenaan materialisme dialektik ke alam sejarah manusia”—demikian tutur Njoto dalam kuliahnya di tahun 1961.1 Kedua pernyataan tersebut dapat kita uraikan dalam tiga pokok pengertian: materialisme, dialektika dan historisitas. Melalui uraian atas pokok-pokok ini kita akan mengerti apa yang dimaksud sebagai “berpikir dengan pendekatan materialisme dialektis dan historis”.

1. Materialisme

Seperti kita ketahui secara umum, materialisme pada mulanya merupakan gugus pengertian bahwa materi (ikhwal indrawi) adalah hakikat dari realitas. Marx merubah pandangan umum ini. Baginya, materialisme macam itu hanya benar untuk materialisme klasik hingga abad ke-18. Dalam Tesis pertamanya tentang Feuerbach, Marx menunjukkan pengertian baru dari materialisme:

Pengantar Marxisme Althusser


Oleh: Martin Suryajaya

Harry Cleaver, dalam Reading Capital Politically, menyatakan bahwa proyek pemikiran Althusser adalah “rekonstruksi atas dogmatisme usang” dan karenanya Althusser ditempatkan dalam kategori “Ortodoksi Baru”.1 Bagi kita yang membaca sejarah secara terbalik—yakni membaca dari teori-teori trendi masa kini untuk lalu membaca ke belakang, ke sumber teori-teori tersebut—intuisi yang pertama kali muncul adalah kebingungan. Bagaimana bisa Althusser, sang Bapak Marxisme Prancis kontemporer yang pengaruhnya beranak-pinak hingga pemikir yang sering dikutip seperti Žîžek, Badiou, Ranciere, Laclau-Mouffe, bagaimana bisa orang seperti itu diklasifikasikan sebagai Ortodoksi Baru? Bukankah, misalnya, post-Marxism nya Laclau dan Mouffe amatlah jauh dari kesan yang ditimbulkan dari ungkapan “ortodoksi”? Lantas apa yang ortodoks dari seorang pemikir yang memungkinkan lahirnya sejumlah keragaman tradisi teoritik? Tak ada jawaban untuk pertanyaan ini selama kita tidak mempelajari sejarah ide Marxisme di Prancis yang melatar-belakangi kemunculan Althusser dan Althusserianisme. Tulisan singkat ini adalah pengantar umum tentang Marxisme khas Althusser.

Minggu, 11 Desember 2011

Malaysia dan Hari-Hari Julinya


Kedamaian dan Ketentraman - Mahkota dari setiap kelas penguasa di setiap epos. Pada 9 Juli, demonstrasi 50 ribu orang di tengah kota Kuala Lumpur merampok kelas penguasa Malaysia dari kedamaian dan ketentraman ini. Diorganisir oleh sebuah koalisi NGO-NGO dan kelompok-kelompok sipil, yang disebut koalisi Bersih 2.0, demonstrasi ini mengguncang Malaysia sampai ke dasarnya.
Belajar dari kelas penguasa di negara-negara Arab, bahwa mereka tidak boleh menunjukkan tanda-tanda kelemahan, pemerintahan UMNO dengan segera menyerang demonstrasi ini bahkan beberapa minggu sebelum ini dimulai. Bagian pertama dari gerakan ini yang mereka serang adalah kaum sosialis dari Partai Sosialis Malaysia (PSM), karena mereka paham betul bahwa PSM adalah elemen paling berbahaya di dalam gerakan ini: sebuah partai politik dengan sebuah program. Kelas penguasa mengerti bahwa NGO, kelompok-kelompok sipil, dan segala macam elemen-elemen liberal demokratik semacam itu, karena watak dasar mereka -- goyah di momen-momen penentuan, ragu ketika bergerak maju -- tidak akan pernah bisa memberikan sebuah kepemimpinan politik untuk menentangnya dengan serius. Sebuah partai politik dibutuhkan, sebuah partai dengan program sosialis yang dapat memberikan sebuah ekspresi politik yang terorganisir untuk gerakan ini. PSM memiliki potensial untuk menjadi partai politik ini. Dalam beberapa tahun belakangan ini, PSM telah tumbuh kuat dan suaranya mendapat gaung di antara kaum tertindas. Ia memenangkan anggota parlemennya yang pertama dua tahun yang lalu. Ini sungguh mengkhawatirkan kelas penguasa.

Pakistan yang Lain


Keganasan yang dengannya “komunitas internasional” dan media dunia mempersetan, menghina, dan mengutuk negara Pakistan telah mencengangkan elit penguasa setempat di negeri itu. Serangan-serangan yang menyengat, yang dilancarkan oleh para pemikir-strategis (think-tank) dan cendekiawan imperialis, terhadap ISI [agen rahasia Pakistan] dan pemerintahan negeri itu tidak pernah terjadi sebelumnya.

Sebuah “negara yang gagal”, “tempat yang paling berbahaya di dunia”, “sangat penuh kebohongan”, “pengkhianat”, adalah beberapa ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan negara Pakistan. The Economist menulis dalam edisi terakhirnya, “Bila ditempatkan di manapun, Pakistan – yang juga memiliki catatan terburuk di dunia dalam hal pelucutan senjata nuklir – dapat dianggap sebagai sebuah negara berandalan (rogue state)”.
Semuanya ini secara parsial bahkan mungkin secara total benar bila kita berbicara tentang elit Pakistan, klas-klas penguasanya, dan para aparatur negaranya yang kebingungan. Namun kenyataannya, pemerintahan apapun yang kita jumpai di Pakistan, itu merupakan bikinan kaum imperialis sendiri. Tidak ada keraguan bahwa klas-klas penguasa yang terlambat tampil di panggung sejarah dan lemah secara ekonomi terpaksa bersandar pada imperialisme dan bergabung dengan sisa-sisa feodalisme sejak negeri itu dilahirkan.

Pokok-Pokok Sejarah Pemikiran Trotsky (Bagian Tiga)


Bagian Tiga: Trostky dalam Revolusi 1905
Revolusi pertama pecah di Rusia. Tahun 1905. Dua puluh ribu buruh berjalan menuju istana Tsar. Mereka penyampaikan petisi: menuntut perbaikan kondisi kehidupan rakyat. Massa meneriakkan yel-yel dan menunjukkan keberaniannya di depan rejim. Tsar gerah dan bingung. Penguasa sebuah imperium di Eropa timur ini kemudian memerintahkan tentaranya menumpas para “pemberontak”. Terlihat letupan api pada moncong senapan para tentara. Terdengar bunyi tembakan bersahutan. Korban berjatuhan. Ratusan massa tewas tertembus peluru. Ribuan massa terluka.
Inilah yang disebut Bloody Sunday (Minggu Berdarah) dalam sejarah Rusia. Sebuah kobaran besar yang apinya mampu menggoyang  tiang-tiang penyangga absolutisme otokrasi Tsar. Percikan apinya juga menyebar ke mana-mana, sampai  ke Munich. Hingga membuat Trotsky meninggalkan Munich untuk membantu pemberontakan.
Trotsky adalah salah satu dari para pemimpin emigran yang pertama kembali ke Rusia dari pengasingan. Ia mulai bekerjasama dengan kalangan bawah dari kaum Bolshevik dan Menshevik serta memproduksi selebaran-selebaran, seruan-seruan, surat pernyataan, esai dan pamflet-pamflet mengenai strategi-taktik politik. Peristiwa heroik ini membuatnya lebih yakin tentang perlunya proletariat dalam mengambil alih kekuasan.

Dari semua jajaran pemimpin Sosial Demokrat[1], adalah Trotsky yang memainkan peran palin penting di tahun 1905. Lunacharsky, salah seorang kawan dekat Lenin, menceritakan perihal Trotsky sebagai berikut:
“ ...Saya musti mengatakan bahwa dari seluruh pemimpin Sosial Demokrat  tahun 1905-1906, tanpa diragukan lagi, Trotskylah yang sangat menonjol....   Trotsky mengerti dengan baik dibanding yang lain apa artinya perjuangan politik pada skala luas, pada skala nasional. Dia lahir dari revolusi yang tengah mencapai puncak popularitas....  Trotsky kemudian berdiri  di peringkat paling depan.”

Pasifisme Sebagai Pelayan Imperialisme


Sumber: Communist International, Edisi Bahasa Inggris, No. 5. Tidak ada tanggal kapan artikel ini diterbitkan, namun artikel ini jelas ditulis pada periode Pemerintahan Provisional pertengahan tahun 1917, ketika Menshevik masih memiliki mayoritas di Kongres Soviet
Penerjemah: Ted Sprague (1 Oktober 2011) dari Pacifism as the Servant of Imperialisme , Leon Trotsky Internet Archive
-------------------------------------------------------------------------------
Tidak pernah ada begitu banyak kaum pasifis di dunia seperti sekarang ini, ketika di semua negeri manusia saling membunuh. Setiap epos sejarah tidak hanya memiliki tekniknya sendiri dan bentuk politiknya sendiri, tetapi juga kemunafikannya sendiri yang unik. Dulu kala, manusia saling menghancurkan atas nama ajaran Kristen mengenai cinta kasih kemanusiaan. Sekarang, hanya pemerintah-pemerintah terbelakang saja yang berperang atas nama Yesus Kristus. Negara-negara progresif saling memotong leher masing-masing atas nama pasifisme. Wilson[1] menyeret Amerika ke peperangan atas nama Liga Bangsa-Bangsa dan perdamaian abadi. Kerensky[2] dan Tsereteli[3] memerintahkan serangan ofensif demi perdamaian secepatnya.

Epos kita tidak memiliki satire-satire macam Juvenal[4]. Biarpun begitu, bahkan senjata satire yang paling kuat pun beresiko menjadi tak berdaya di hadapan kekejian dan kebodohan, dua elemen yang dibebaskan oleh perang ini.