"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

PERISTIWA G30S DAN PENGKHIANATAN ORDE BARU TERHADAP REVOLUSI

A. Umar Said

(Tulisan ini dimaksudkan sebagai sambutan atas terbitnya buku “G30S,
Sejarah yang digelapkan. Tangan berdarah CIA dan rejim Suharto”, yang
ditulis oleh Harsutejo dan diterbitkan oleh Hasta Mitra. Untuk kali ini,
tanggapan ini dimaksudkan sebagai tanda persetujuan saya kepada “Pengantar”
dari penerbit ( Joesoef Isak) yang dengan baik telah menjelaskan
pandangannya tentang persoalan G30S dan arti penting terbitnya buku ini. Di
samping itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk menyongsong datangnya
tanggal 30 September).

***

Tidak lama lagi bangsa kita akan menyongsong kedatangan tanggal 30
September. Selama lebih dari 30 tahun, setiap tanggal 30 September selalu
mengingatkan banyak orang kepada kejadian pada tanggal 1 Oktober 1965, yang
buntutnya telah menjerumuskan bangsa kita ke dalam jurang penderitaan,
kebobrokan dan pembusukan secara besar-besaran, seperti yang kita saksikan
di mana-mana dewasa ini.

Kalau kita renungkan dalam-dalam sejarah bangsa kita, maka nyatalah bahwa
peristiwa G30S merupakan permulaan dari serentetan panjang pengkhianatan
terhadap tujuan Negara Kesatuan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945. Peristiwa G30S telah membuka jalan lebar bagi ditegakkannya
Orde Baru oleh Suharto dkk (terutama segolongan pimpinan TNI-AD dan Golkar),
yang menjalankan diktatur militer dalam kurun waktu yang terlalu amat
panjang, yaitu lebih dari 30 tahun! Era Orde Baru adalah kurun waktu yang
merupakan halaman hitam dalam sejarah bangsa Indonesia.

Oleh karena besarnya dampak kerusakan-kerusakan parah yang telah dibikin
oleh Orde Baru di segala bidang, maka sudah sepatutnyalah bahwa bangsa kita
membaca peristiwa G30S ini dengan fikiran yang lebih jernih, dengan
pandangan sejarah yang lebih menyeluruh, dan mengutamakan mencari
kebenaraan dari kenyataan. Sebab, kita semua tahu bahwa selama lebih dari 30
tahun, ketika Orde Baru berkuasa, banyak kebohongan dan pemalsuan sejarah
telah terus-menerus dijejal-jejalkan secara paksa dan sistematis.

Kebohongan dan pemalsuan sejarah ini tidak hanya berkaitan dengan berbagai
soal sekitar peran Presiden Sukarno, peran PKI dan ormas-ormas seperti
Gerwani, BTI, SOBSI, Pemuda Rakyat dan lain-lainnya, melainkan juga sekitar
peran pimpinan TNI-AD waktu itu (termasuk peran kekuatan asing yang sejak
lama berusaha menghancurkan politik Presiden Sukarno)..


STRATEGI BESAR UNTUK MENGHANCURKAN SUKARNO

Sekarang ini, makin jelas bagi banyak orang bahwa dengan alasan “menumpas
G30S/PKI” Suharto bersama-sama konco-konco militernya - dan dengan dukungan
kekuatan asing beserta sekutu-sekutunya di dalamnegeri - secara
besar-besaran dan menyeluruh telah mengkhianati perjuangan revolusisioner
bangsa Indonesia. Dengan dalih “menyelamatkan negara”, Suharto dkk (militer
dan sipil) bukan saja telah menggulingkan Presiden Sukarno, melainkan juga
telah berusaha menghancurkan ajaran-ajaran revolusioner atau
gagasan-gagasan besar beliau.

Dengan melikwidasi Bung Karno secara politik dan fisik dan mematikan
ajaran-ajaran beliau yang revolusioner dan berorientasi kerakyatan, Suharto
(beserta pendukung-pendukungnya) telah membikin DOSA SEJARAH yang amat
besar terhadap bangsa kita. Bung Karno adalah salah satu di antara perintis
kemerdekaan kita yang amat terkemuka, dan juga tokoh pemersatu bangsa.
Banyak orang di Indonesia (dan juga di luarnegeri) yang memandang Bung Karno
sebagai pemimpin terbesar bangsa Indonesia.

Gagasan-gagasan beliau yang besar, yang sebagian tercermin dalam buku “Di
bawah Bendera Revolusi” menunjukkan dengan jelas bahwa sejak muda-belia Bung
Karno memang seorang pejuang nasionalis yang berpandangan “kiri” dan
revolusioner. Sikap politiknya yang anti-iimperialisme dan
anti-kolonialisme inilah yang telah menjadikan beliau sebagai seorang tokoh
internasional yang terkemuka bagi banyak banyak rakyat di benua Asia, Afrika
dan Amerika Latin. Peran yang dimainkan beliau di Konferensi Bandung, dan
gerakan non-blok telah menjadikan diri beliau sebagai musuh utama bagi
banyak negara Barat, waktu itu.

Sekarang ini, kalau kita memandang sejarah ke belakang, maka nyatalah bahwa,
pada intinya, atau pada hakekatnya, kejahatan yang terbesar yang pernah
dilakukan oleh Orde Baru adalah berbagai tindakannya terhadap Bung Karno.
Orde Baru (beserta para pendukungnya di dalamnegeri maupun di luarnegeri)
menganggap perlu menghancurkan Sukarno. Dan untuk bisa menghancurkan
Sukarno, maka perlulah dihancurkan terlebih dulu pendukung beliau yang
utama, yaitu Partai Komunis Indonesia. Pembantaian besar-besaran dalam
tahun 1965, yang memakan korban jutaan jiwa, dan penahanan ratusan ribu
orang tidak bersalah, tidaklah terlepas dari strategi besar untuk tujuan
utama Orde Baru, yaitu : menghancurkan Sukarno. Itu semua tidak terlepas
dari faktor perang dingin yang sedang berlangung dengan sengitnya di bidang
internasional waktu itu.


ORDE BARU DIBANGUN DI ATAS TUMPUKAN JUTAAN MAYAT

Dalam rangka ini marilah sama-sama kita endapkan dalam renungan kita hal-hal
yang berikut : Apa yang sudah terjadi di Indonesia sejak 1966-1967
menunjukkan bahwa Orde Baru telah dibangun dan dibesarkan di atas tumpukan
jutaan mayat yang dibantai dalam tahun 1965-1066, dan juga di atas jenazah
almarhum Bung Karno. Kiranya, pentinglah kita ingat bersama bahwa sesudah
tergulungnya PKI, maka bukan saja Bung Karno telah kehilangan pendukung
utama beliau, melainkan juga seluruh kekuatan revolusioner. Sejak itu,
selama lebih dari 30 tahun, bangsa Indonesia telah kehilangan jiwa
revolusionernya, kehilangan pemimpinnya, dan kehilangan arahnya atau
pegangannya. Akibatnya adalah situasi menyedihkan, seperti yang kita
saksikan dewasa ini.

Selama kurun waktu yang amat panjang, Orde Baru telah berusaha terus-menerus
“mengharamkan” Bung Karno beserta ajaran-ajaran beliau.. Dengan segala cara
kejam dan tidak berperi-kemanusiaan sama sekali, puluhan juta anggota
keluarga (dan sanak-saudara jauh dan dekat) para anggauta PKI atau
simpatisannya telah terus-menerus dipersekusi dan diterror, atau
diperlakukan sewenang-wenang. Momok “bahaya laten PKI” telah dipakai sebagai
dalih palsu dan senjata untuk menindas - terus-menerus dan sistematis-
segala kekuatan dalam masyarakat yang berani menyatakan diri sebagai
pendukung ajaran-ajaran Bung Karno dan marxisme. Terror ini banyak
menyerupai praktek-praktek fasis Nazi-nya Hitler,

Foto-foto Bung Karno terpaksa dihilangkan, atau menghilang, dari
dinding-dinding banyak rumah penduduk. Buku-buku yang berbau “Orde Lama”
terpaksa harus disembunyikan dalam laci-laci, atau dibakar.
“De-Sukarnoisasi” yang dilakukan oleh Orde Baru dalam jangka waktu yang
begitu lama adalah bagian penting dari usaha untuk menghancurkan kekuatan
revolusioner dalam masyarakat Indonesia, termasuk menghancurkan PKI. Dengan
dihancurkannya Sukarno dan PKI, maka boleh dikatakan bahwa revolusi
Indonesia sudah disabot, bahkan dibunuh atau dihancurkan oleh Orde Baru-nya
Suharto (artinya, juga Golkar beserta sekutu-sekutunya).

Adalah penting bagi bangsa kita, terutama bagi generasi muda yang sekarang,
dan generasi-generasi yang akan datang, untuk mengetahui dengan jelas bahwa
Orde Baru adalah pada hakekatnya, atau pada dasarnya, adalah suatu regime
yang telah merusak secara besar-besaran tujuan perjuangan revolsioner
bangsa Indonesia. Bukan itu saja! Orde Baru adalah perusak negara dan
bangsa Indonesia. Dan dalam hal ini, peran yang dimainkan oleh Golkar
tidaklah kecil. Adalah amat penting bagi kita semua menyadari, bahkan
meyakini (!) satu hakekat yang telah terbukti selama lebih dari 30 tahun,
yaitu bahwa : Orde Baru adalah identik (atau sama) dengan Golkar. Artinya,
segala keburukan dan kesalahan Orde Baru –yang sekarang sudah makin
dinajiskan atau diharamkan oleh banyak kalangan – adalah sepenuhnya
tanggungjawab Golkar. Apakah ungkapan ini sembarangan? Mohon sama-sama
kita simak soal ini lebih lanjut, antara lain dengan mempertimbangkan
hal-hal yang berikut.


GOLKAR ADALAH ORDE BARU

Kita semua masih ingat bahwa Golkar telah didirikan oleh tokoh-tokoh militer
(Angkatan Darat), bahkan mendapat dukungan mereka sepenuhnya. Lebih dari
itu! Kendali Golkar, selama lebih dari 30 tahun, telah dikuasai - secara
langsung dan tidak langsung - oleh pimpinan militer Angkatan Darat. Pimpinan
tertinggi Golkar adalah mantan Presiden Suharto. Golkar adalah alat utama
regime militer.

Amatlah penting untuk sama-sama kita cermati bahwa banyak sekali keburukan,
kejahatan besar, korupsi, pelanggaran hukum, pembusukan moral, yang terjadi
di kalangan “atas” adalah KEBANYAKANNYA (atau sebagian terbesar) dilakukan
oleh para “mantan” (???) pendukung setia Orde Baru dan tokoh-tokoh Golkar,
di berbagai tingkat dan di banyak bidang. Sekarang makin banyak orang yang
melihat bahwa pemerintahan Orde Baru selama lebih dari 30 tahun itu telah
merusak moral atau akhlak banyak kalangan bangsa kita. Dan kerusakan moral
inilah yang merupakan produk utama regime Orde Baru (jelasnya : regime
Golkar waktu itu). Kerusakan-kerusakan parah di bidang moral inilah yang
dewasa ini kita saksikan di mana-mana.

Memang, kita tidak boleh main “gebyah uyah” saja, atau main generalisasi
secara sembarangan. Sebab, ada saja orang-orang yang pernah menjadi
pendukung Orde Baru (dan anggota Golkar) karena terpaksa. Dan, di antara
mereka ada pula yang telah menjadi sadar, dan bahkan kemudian (walaupun
terlambat) menjadi penentang Orde Baru. Namun, adalah salah sama sekali,
kalau ada orang yang punya ilusi bahwa Partai Golkar yang sekarang ini
adalah satu organisasi politik yang betul-betul – artinya dengan jujur dan
tulus pula - bersedia mengadakan koreksi total terhadap apa yang
dilakukannya selama lebih dari 30 tahun itu. Sebab, tokoh-tokoh Golkar yang
sekarang ini adalah, pada pokoknya (dan sebagian terbesar), produk
kebudayaan berfikir dan sistem politik Golkar yang lama, yaitu yang senyawa
dan satu dengan Orde Baru.

Selama tokoh-tokoh Partai Golkar yang sekarang ini tidak mau mengakui -
terang-terangan dan secara tulus - kesalahannya atau dosa-dosanya terhadap
Bung Karno beserta para pendukugnya, dan selama mereka belum mau mengkoreksi
sikap mereka terhadap para korban Orde Baru (termasuk terhadap para
eks-tapol beserta keluarga mereka) , atau selama mereka masih menentang
reformasi (yang sungguh-sungguh!), maka mereka masih tetap harus terus kita
waspadai dan curigai. Bahkan, harus kita lawan bersama-sama. Mereka inilah
yang sekarang ini merupakan BAHAYA LATEN. Sebab, mereka punya
“orang-orangnya”, yang membentuk jaring-jaringannya di mana-mana, termasuk
dalam partai-partai lainnya. Dan karena mempunyai dana yang amat besar,
mereka telah - dan akan terus - bisa “membeli” berbagai tokoh masyarakat
(kaum intelektual, tokoh-tokoh terkemuka masyarakat, termasuk tokoh-tokoh
golongan Islam, Kristen dll)..


GOLKAR ADALAH KEKUATAN KONTRA-REVOLUSIONER

Dengan memandang kembali sejarah perjuangan bangsa kita yang dipelopori oleh
para perinstis kemerdekaan dalam tahun 20-an, maka makin jelaslah bahwa Orde
Baru ( sekali lagi :yang intinya adalah Golkar dan tokoh-tokoh militer AD)
adalah kekuatan kontra-revolusioner. Dalam kalimat lain yang lebih polos,
Orde Baru (Golkar beserta sekutu-sekutunya) adalah pengkhianat revolusi.
Karena, apa yang telah dibangun dengan susah payah oleh Bung Karno bersama
kawan-kawannya selama 40 tahun (sejak tahun 1920-an) telah dihancurkan oleh
pengkhianat-pengkhianat revolusi ini. Dan sendi-sendi revolusioner Republik
Indonesia yang dibangun, bersama rakyat, selama 20 tahun, telah dibikin
porak-poranda sejak 1965 oleh mereka.

Ketika negara dan bangsa dewasa ini sedang menghadapi begitu banyak masalah
parah, maka nampak sekali bahwa sumber dari segala keterpurukan dan
pembusukan yang menyeluruh itu adalah masih banyaknya sisa-sisa kekuatan
Orde Baru, yang sebagai “sampah bangsa” masih terus menyebarkan racun dan
penyakit, terutama di bidang moral. Oleh karena itu, selama sisa-sisa Orde
Baru ini masih belum dilumpuhkan, maka perbaikan besar-besaran dan radikal
tidak akan mungkin terjadi. Artinya, reformasi akan macet, dan kerusakan
akan berjalan terus. Dari segi inilah kita bisa membaca arti beraneka-ragam
kasus, antara lain : kasus Akbar Tanjung, gubernur Sutiyoso, Syahril
Sabirin, Ginanjar Kartasasmita, Probosutedjo (dan kasus-kasus lainnya, yang
jumlahnya banyak sekali!).

Mengingat itu semuanya, maka tidak salahlah kalau ada orang yang mengatakan
bahwa kontra-revolusi Orde Baru adalah lebih lebih besar dosanya
dibandingkan dengan kontra-revolusi PRRI-Permesta. Kontra-revolusi
PRRI-Permesta telah menentang politik Bung Karno dengan mengadakan
pembrontakan dan membunuh banyak orang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan pulau-pulau di Indonesia Timur dan Nusa Tenggara (terutama Bali). Usaha
yang tidak bisa dicapai oleh kontra-revolusi PRRI-Permesta telah berhasil
dilaksanakan oleh Orde Baru (artinya : Golkar), yaitu melikwidasi Bung Karno
dan membunuh jutaan manusia orang tidak bersalah, untuk melumpuhkan PKI,
yang merupakan pendukung utama Bung Karno.

Singkatnya, nyatalah sekarang, bahwa banyak hal dalam sejarah tentang G30S
dan Orde Baru perlu ditulis kembali (dan diteliti terus), mengingat
banyaknya pemalsuan atau penggelapan, yang telah dilakukan oleh Suharto
beserta para pendukugnya selama ini.


Namun, satu hal sudah makin jelas, yaitu bahwa para korban Orde Baru, (yang
jumlahnya puluhan juta dan yang telah menderita puluhan tahun dalam
berbagai bentuk dan kadar yang berbeda-beda itu), berhak untuk mengatakan
kepada para pendukung setia Suharto dkk : « Kami tidak bersalah, dan
kalianlah yang pengkhianat ! »


Paris , musim rontok, 22 September 2002

(Catatan : tulisan ini bebas untuk diteruskan kepada saja. Di samping
dikirimkan untuk kali ini lewat E-mail, tulisan ini juga akan disajikan
dalam “Personal Webesite A. UMAR SAID”, yang akan diluncurkan mulai
permulaan Oktober yad).


---
Incoming mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com/).
Version: 6.0.371 / Virus Database: 206 - Release Date: 6/13/02