"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Jumat, 09 Desember 2011

Agama dan Kemiskinan

Oleh : Adriansyah, Mahasiswa Sosiologi, Fisip Universitas Tadulako

Apakah hubungan agama dan ketertindasan ? dalam agama penindasan terhadap sesama manusia sangat dilarang, agama adalah jalan menuju surgawi, sementara penindasan merupakan perlakuan orang yang melanggar hak-hak diri terhadap sesamanya dan selalu berkaitan dengan perlakuan kekerasan terhadap sesama manusia, agama diberikan sosok ilahi kepada manusia.

Ketertindasan yang saya maksutkan disini adalah ketertindasan  ekonomi yang menyebabkan orang miskin dan sengsara.

Jadi tidak ada hubungan antara agama dan ketertindasan, bernarkah demikian..? agama sangat melarang kekerasan terhadap sesama, apalagi dalam agama kristen yang menjunjung tinggi kasih terhadap sesama manusia, dan tidak ada agama yang membenarkan penindasan, lalu apa hubungannya antara agama dan ketertindasan..? dalam kehidupan sosio ekonomi politik yang religius masyarakat terbagi atas dua kelas ada yang disebut kelas tertindas dan ada yang disebut kelas penindas yaitu orang-orang yang melakukan eksploitasi terhadap sesama manusia sehingga menyebabkan manusia-manusia lain tertindas dan sengsara.


Sementara kita seringkali diberikan khotba dan cerama-cerama tentang pentingnya nilai-nilai kemanusian tentu saja menciptakan rasa persaudaraan antar sesama dan menolak praktek-praktek penindasan dan selalu menanamkan nilai pengasihan terhadap sesama manusia. “kasih” lalu bagaimana dengan penindasan yang menyebabkan kemisikanan? Tuhan itu mencitakan manusia berbada-bedah latar ada yang miskin dan ada yang kaya, sunggu pernyataan yang sederhana tapi memberikan dokrint kita untuk yakin bahwa kemiskinan adalah produk dari sang Ilahi, dalam artian pemberian Tuhan untuk menguji seberapa besar iman kita terhada kepercayaan kita, “luar bisa” (Sunggu tidaklah adil Tuhan) tanpa mengerti bahwa itu adalah produk manusia-manusia seraka yang menginkan kekuasaan yang tinggi, mengabaikan nilai-nilai kemanusian, mereka telah berhasil mensiasati perlakuan sesamanya, bahkan kita seakan terhipnotis dengan keadaan kita tidak sadar bahwa ketertindasan kita merupakan produk yang telah dirancang selicik mungkin untuk tidak mengerti dengan keadaan kita, mengapa ada kaitannya dengan agama? Karena agama telah berkontribusi memberikan penghiburan, sama seperti seseorang yang fisiknya sedang cidera tengah menerima bantuan dari obat-obatan pereda sakit. Tetapi masalahnya adalah, obat-obatan pereda sakit tidak mampu menyembuhkan. Demikian pula agama, tidak mampu memperbaiki penyebab rasa sakit dan penderitaan rakyat. Agama malah membantu mereka untuk melupakan mengapa mereka menderita, dan mengajak mereka untuk melihat kehidupan masa depan yang imajiner.

Saya tertarik dengan tulisan Marx yang mengatakan bahwa; "Penderitaan religius, pada saat yang bersamaan, adalah ekspresi dari penderitaan riil dan protes terhadap penderitaan riil tersebut. Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jantung-hati dari dunia yang tak berperasaan, dan jiwa dari situasi yang tak berjiwa.
Karena memang agama selalu menciptakan fantasi-fantasi bagi kaum tertindas, sehingga yakin bahwa kehidupan nyata atas ketertindasan akan di balas dikehidupan berikutnya. Bagi kaum miskin tidak mampu mendapatkan kebahagiaan ekonomi, memberikan peluang bagi agama untuk mengatakan bahwa akan menemukan kebahagiaan sejati di kehidupan setelah mati.

Saya bukan bermaksut ingin menghujat agama, namun saya tidak mengerti dengan penjesan-penjalasan yang tidak ilmia, masalahnya adalah kenapa kita harus diyakinkan akan sesuatu yang belum tentu benar..? yang saya maksut adalah adakah kehidupan setalah mati yang mungkin saja memberikan kehidupan yang sejaterah bagi orang-orang tertindas, miskin dan sengsara. Saya yakin semua orang tidak menginginkan kematian, karena belum ada manusia yang bangkit dari liang kuburnya menyampaikan bahwa kematian itu adalah indah.

Agama telah membatasi kesadaran manusia, menahan potensi besar dalam diri manusia untuk memahami realitas hidup yang sesungguhnya. Dalam kehidupan praksis, manusia sebagai makluk sempurna dimana kehidupan manusia berbeda dari kehidupan makluk-makluk lain, manusia berakal dan fungsi otak manusia adalah berfikir sehingga manusia dalam merespon kehidupannya harus dengan proses-proses kerja untuk mendapatkan makanannya, hasil dari kerja kemudian tidaklah langsung dapat dimakan tapi juga melalui tahap-tahap penciptaan makanan.

Dalam tulisan Marx juga menjeskan tentang adanya  alienasi yang merupakan keterasingan dari hasil pekerjaan. Apakah yang dimaksut dengan  keterasingan dari hasil pekerjaan? Dalam tulisan-tulisan awal Marx, dijelaskan bahwa kerja telah menjadi sesuatu yang eksternal dengan pekerja. Pekerja merasa tidak menyatu dengan pekerjaannya. Pekerja merasa menderita ketimbang sejahtera. Ia merasa tidak bebas mengembangkan energi fisik dan mentalnya, tetapi malah lelah secara fisik dan direndahkan secara mental. Pekerja merasa dirinya bisa berada di rumah hanya saat waktu senggang, sedangkan di tempat kerja ia merasa tunawisma. Karakter eksternal dari kerja ini secara vulgar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa pekerja tidak bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi bekerja untuk orang lain, bahwa hasil kerjanya tidak menjadi miliknya, tetapi milik orang lain.

Mengenai keterasingan diri, agama, menurut Marx, merupakan penenang saraf sesaat bagi rakyat tertindas; untuk mengalihkan rasa sakit ketika mendapati dirinya dieksploitasi, direndahkan dan tidak memiliki apa-apa. Akhirnya, agama menjadi jalan pintas yang tepat untuk bersembunyi dari kekalahan; sebuah bentuk pelarian sesaat dari kepenatan.

Pustaka:
http://militanindonesia.org/teori/lain/8243-filsafat-marxis-mengenai-agama.html
PROBLEM FILSAFAT edisi kolektor tahun 2009-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.