"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Jumat, 03 Juni 2011

Hasil Penelitian Ilmia Di Pantai Talise Kota Palu

Oleh : Adriansyah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia dalam memenuhi kebutuhannya tentu saja harus bekerja, demi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, kerja adalah kegiatan manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk mengubah dan menyesuaikan benda-benda yang ada di alam agar dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kerja adalah keharusan bagi kehidupan manusia tanpa kerja tidak akan ada kehidupan manusia, kerja ini pulalah yang membedakan manusia dengan binatang, binatang secara pasif harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya namun manusia dengan perkakas yang dibuatnya dapat mempengaruhi serta mengubah alam sekelilingnya agar sesuai dengan kebutuhannya serta memmenuhi bahan-bahan yang dibutuhkannya.


Namun di Indonesia sendiri lapangan kerja amatlah terbatas sehingga inilah yang kemudian menimbulkan banyak orang-orang memperebutkan pekerjaan dengan berbagai cara untuk mencari kerja, bahkan banyak akademisi yang mengharapkan ketika selesai dari akademisinya lalu akan mendapatkan kerja dengan masuk diberbagai aneka pekerjaan yang disiapkan pemerintah seperti PNS, pemerintahan dll, dan ada juga yang bercita-cita untuk membangun usahanya melalusi swasta, tapi juga ujung-ujungnya jadi penganggur karena ketidakadaan modal, dan pembatasan penerimaan tenaga kerja inilah yang kemudian mendorong manusia membuka industry mikro seperti misalnya penjual jagung bakar di pantai talise, mereka terpaksa dengan keringat yang tentu saja tidak gampang membuka usahanya dengan berbagai cara hanya dengan untuk memenuhi kebutuhannya, dan membiayai anak-anaknya untuk menuntut pendidikan yang menurutnya untuk merubah nasib, tetapi ini juga tidak menjamin bahwa nasib mereka berubah seperti dengan harapan-harapan mereka yang tentu saja mengharapkan perubahan nasib keluarga mereka.

B. Tujuan
Tujuan dari pada penulisan penelitian ini adalah ingin mengetahui kehidupan penjual jagung bakar di Pantai Talise, Kota Palu. Antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana pemenuhan ekonomi pengusaha kecil penjual jagung bakar ditengah-tengah melonjaknya kebutuhan dan harga sembako yang semakin tinggi.
2. Adakah peran pemerintah terhadap para penjual jagung bakar dan pengusaha mikro lainya sehingga mendapatkan kontribusi yang dapat bersaing dalam pasar.
3. Sulitnya lahan pekerjaan sehingga harus membuka lapangan usaha sendiri dengan membuka usaha-saha mikro demi untuk memenuhi kebutuhan hidup para penjual jagung bakar di pantai talise.

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian
Manfaat dan Tujuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kami sendiri dan juga pemerintah agar dapat memperhatikan kehidupan masyarakat kecil secara keseluruhan demi untuk menciptakan kesejahtaraan sosial yang menjunjung pada keadilan secara merata.



BAB II
KERANGKA TEORITIS

1.1 Tinjauan Pustaka

Perkembangan masyarakat seringkali dianalogikan seperti halnya proses evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert Spencer dan Augus Comte. Keduanya memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.
Pemikiran Spencer sangat dipengaruhi oleh ahli biologi pencetus ide evolusi sebagai proses seleksi alam, Charles Darwin, dengan menunjukkan bahwa perubahan sosial juga adalah proses seleksi. Masyarakat berkembang dengan paradigma Darwinian: ada proses seleksi di dalam masyarakat kita atas individu-individunya. Spencer menganalogikan masyarakat sebagai layaknya perkembangan mahkluk hidup. Manusia dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan mengalami perkembangan secara bertahap. Mula-mula berasal dari bentuk yang sederhana kemudian berkembang dalam bentuk yang lebih kompleks menuju tahap akhir yang sempurna.

1.2 Metode Penelitian
Dalam Kegiatan Praktek Penelitian Lapangan di Pantai Talise Menggunakan metode kualitatif dengan cara pengambilan data melalui observasi yang kemudian di perdalam melalui interview. Dengan demikian metode kualitatif adalah cara yang dapat digunakan dalam kajian untuk lebih memahami dan menelusuri suatu keadaan atau kondisi dan masalah-masalah yang ada di Desa Enu dengan melibatkan partisipasi masyarakat metode ini bertujuan untuk menghasilkan suatu fakta yang relefan dengan harapan lebih mudah dalam mengumpulkan data serta menganalisa data tersebut.

1.3 Pendekatan Yang Dilakukan

Dalam hal ini peneliti harus dapat menyimpulkan informant, penentuan mengenai siapa yang harus menjadi informant dan harus melalui beberapa pertimbangan :
1. Responden memiliki pengalaman sesuai dengan apa yang diteliti.
2. Usia responden telah dewasa.
3. Peneliti ikut serta dalam melakukan aktifitas responden.
4. Peneliti tidak memberikan pertanyaan yang sulit dipahami responden.



BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Usaha Dalam Sektor Kecil (Penjual Jagung Bakar di Pantai Talise)

Pada dasarnya manusia adalah makluk yang unik dari berbagai makluk hidup yang ada di alam semesta ini manusia memiliki fungsi otak yang berbeda dari binatang otak manusia berfungsi untuk berfikir sementara dibinatang hanya dapat berfungsi untuk merespon kebutuhan dan speciesnya (insting) itulah yang kemudian membedakan manusia dari makluk lain, sehingga manusia dalam merespon kebutuhannya harus dengan usaha-usaha dalam memanfaatkan alam sebagai obyek kebutuhan hidup. Sehingga tidak heran manusia butuh perjuangan ketika ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, Ibu Reni sebagai salah satu penjual Jagung Bakar di Pantai Talise yang telah sepuluh tahun menghabiskan waktunya berjualan ia adalah seorang yang bersuku Bugis pendatang dari Kota Makasar merantau ke Kota Palu semenjak ia menikah dengan suaminya, Ibu Reny telah mencapi dua belas tahun di Kota Palu sehingga suami Ibu Reny yang berprofesi sebagai seorang buruh bangunan harus memenuhi kebutuhan keluarganya keluarga ibu reny sangat lah sederhana mereka dikaruniai dua anak masing-masing masih duduk dibangku sekolah, sehingga Ibu Reny harus berjuang keras bekerja untuk dapat menyekolahkan anaknya dan kebutuhan keluarganya dalam pengakuan Ibu Reny imbalan gaji yang diterima suaminya tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga mereka dimana gaji yang didapatkan oleh suami Ibu Reny hanya berkisar Rp. 700.000 ribu (Tuju Ratus Ribuh) per bulan. Belum lagi biaya sekolah yang harus mereka keluarkan untuk anak-anak mereka dan kebutuhan-kebutuhan lainya.
Hal inilah yang kemudian menggerakan hati Ibu Reny untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan ruma tangga mereka yang akhirnya Ibu Reny membuka usaha kecilnya untuk berjualan jagung bakar di Pantai Talise ketekunan ibu reny berjualan jagung bakar walaupun sangat melelahkan karena harus menunggu pembeli hingga larut malam membawah keringanan untuk membantu suami dalam menafkahi keluarganya, setiap malam mulai dari jam 07:00 Ibu Reny mulai mengatur perlengkapan alat jualnya dan biasanya ia dibantu suaminya dan ditemani anak-anaknya hingga larut malam hasil jualan jagung bakar ibu reni setiap malamnya mencapai dua ratus ribuh tetapi jika malam minggu biasannya sampai tiga ratus sehingga dalam sebulannya ibu reny mendapatkan keuntungan dua juta hingga tiga juta lebih sangat terkesan ketika seorang ibu reny mampu membantu suaminya hingga mendapatkan hasil yang menurutnya sudah memuaskan.


2.3 Pengeluhan Karena Aksi Pemerintah yang Anti Rakyat Kecil

Peran pemerintah dalam penaggulangan pengangguran di Indonesia kususnya di Sulawesi Tengah sangat memprihatinkan inilah yang menjadi keluhan Ibu Reny salah satu penjual Jagung Bakar di Pantai Talise peningkatan pengangguran semakin tinggi yang berakibat pada banyaknya premanisme dan usaha-usaha dalam sektor kecil yang kemudian dikeluhkan oleh kalangan pihak karena mengganggu aktifitas terutama pedagang kaki lima di persimpangan jalan. Pertentangan ini sudah lama menjadi isu besar di Indonesia sehingga banyak pedagang kaki lima harus tergusur karena ditunding mengganggu jalannya lalu lintas di kota-kota, aksi-aksi protes kemudian dilontarkan oleh orang-orang yang tidak merelahkan aksi brutal POL-PP dan Polisi yang dibawah kendali oleh pemerintah setempat. Perlawanan ini kemudian berujung pada penangkapan yang akhirnya banyak orang ditangkap karena dianggap sebagi profokator dan telah melanggar ketentuan hukum. Pemerintah yang seharusnya bertanggungjawab atas meningkatnya angka pengangguran justru berpaling memusuhi rakyatnya ditengah-tengah keterpurukan kemiskinan sehingga banyak orang-orang dipersimpangan jalan mengamen, meminta-minta dan bahkan ada yang menempuh jalan pintas dengan bunuh diri seperti teori Emile Dukheim tentang teori bunuh diri tetapi kobaran pidato pemerintah diatas penggung public menyatakan bahwa yang diutamankan adalah kepentingan dan kesejahteraan rakyat, sehingga banyak orang jadi malas mendengarkan pidato pemerintah yang selalu saja membohongi rakyatnya.

Pemerintah menutupi kelicikannya kemudian mencobah mengambil simpati kembali dengan mengadakan kompenisasi dan bantuan-bantuan untuk rakyat yang tidak mampu hingga ke pelosok-pelosok desa, tetapi lagi-lagi pemerintah tercium karena kenakalannya mencoba membantu tapi menjadikan rakyat sebagi ladang proyek yang harus dijadikan korban kebuasaannya. Keserangkaan pemerintah sudah melebihi ambang batas rakyat menjadi terpuruk miskin dan banyak anak-anak negeri tidak bersekolah karena tidak mampu mengakses dunia Intelektual sebagai layaknya seorang manusia.

Pekerjaan semakin jauh dan kekayaan yang dimiliki negeri ini hanya menjadi milik segelintir orang saja dimana banyak rakyat jelata hanya menjadi budak-budak para feodal tuan tanah negeri ini Ibu Reny yang karena muak dengan perlakuan pemerintah atas dirinya menjadi sangat marah ia yang awalnya adalah warga kota makasar mencoba mencari merantau ke kota palu demi untuk mencari lapangan pekerjaan ternyata harapan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang harus ia terima Ibu Reny kemudian dengan tulus iklas hidup dengan sederhana hingga ia membuka usahanya dengan membuka kios penjualan jagung bakar di pantai talise kota palu, mungkin karena tidak punya keahlian khusus ia hanyalah seorangan tamatan SMP ironisnya tidak ada sedikitpun bantuan pemerintah untuk memabntu usahanya yang ada justru mendapatkan pajak hasil jualannya. Sunggu Ironis negeri ini yang kaya raya akan sumber daya alam.



BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibu Reny adalah seorang penggiat yang karena kegigihanyannya ia dapat membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan ruma tangga mereka walaupun harus berlarut-larut menunggu pembeli, ia juga menerima keuntungan sebesar tiga juta per bulannya dibanding suaminya seorang buruh bangunan yang mendapat upah hanya berkisar tujuh ratus perbulannya.

Kebijakan pemerintah yang anti rakyat membuat rakyat semakin terpuruk, miskin dan lapangan pekerjaan terbatas, rakyat menjadi muak dengan aksi-aksi pemerintah yang justru memusuhi rakyatnya, perhatian pemerintah tidak perna dirasakan karena untuk menuhi kebutuhan rakyat harus dengan susa payah baru kemudian dapat merasakan hasil yang di inginkan sesui dengan kebutuhannya.

Peran pemerintah dalam penaggulangan pengangguran di Indonesia kususnya di Sulawesi Tengah sangat memprihatinkan inilah yang menjadi keluhan Ibu Reny salah satu penjual Jagung Bakar di Pantai Talise peningkatan pengangguran semakin tinggi yang berakibat pada banyaknya premanisme dan usaha-usaha dalam sektor kecil yang kemudian dikeluhkan oleh kalangan pihak karena mengganggu aktifitas terutama pedagang kaki lima di persimpangan jalan. Pertentangan ini sudah lama menjadi isu besar di Indonesia sehingga banyak pedagang kaki lima harus tergusur karena ditunding mengganggu jalannya lalu lintas di Kota aksi-aksi protes kemudian dilontarkan oleh orang-orang yang tidak merelahkan aksi brutal POL-PP dan Polisi yang dibawah kendali oleh pemerintah setempat. Perlawan ini kemudian berujung pada penangkapan yang akhirnya membuai ke kurungan sel. Jalan keluar pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya justru membuat masyarakat semakin muak dan malas mendengarkan pidato pemerintah yang selalu saja membohongi rakyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.