"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Rabu, 17 November 2010

Sejarah : Perang Petani 6

ENAM: KUBA

Con lo que un yangui ha gastado
no más que en comprar botellas
se hubiera Juana curado!

Dengan apa seorang Yankee belanja
Hanya membeli botol-botol,
Juana dapat disembuhkan!
Nicolas Guillén: Visita á un Solar

Revolusi keenam di mana kita akan dibahas oleh diri kita sendiri terjadi hanya sepuluh tahun yang lalu dan hanya enam puluh mil dari pesisir Amerika Serikat. Negeri tersebut adalah Kuba. Pada tanggal 2 Desember 1956, Fidel Castro dan kelompok gerilyanya mendarat di Kuba dengan kapal Granma mereka yang telah membawa mereka dari Meksiko ke pesisir Kuba di Las Coloradas. Menghadapi kekuatan, mereka mengalami suatu kekalahan yang hebat; hanya segenggam pengikut yang meloloskan diri ke gunung-gunung Sierra Maestra. Namun, dua tahun kemudian, pada tanggal 1 Januari 1959, gerakan gerilya Castro mengambil kekuasaan politik formal di Havana. Apa yang merupakan latar bagi peristiwa-peristiwa ini, dan apa penjelasan mereka?
Sejumlah karakteristik membedakan Kuba dari kasus-kasus yang telah kita diskusikan sampai sejauh ini. Pertama, ia relatif kecil dalam skala, terutama ketika dibandingkan dengan Rusia atau Cina; penduduknya terhitung 5.829.000 pada tahun 1953, wilayah tanahnya terhitung 44.000 mil persegi. Kedua, kebudayaan pulau kurang meluas dari keadaan daerahnya di Kuba: masyarakat Kuba merupakan suatu produk penaklukan Hemisphere Barat Spanyol, diawali dengan penemuannya oleh Christopher Columbus pada tahun 1492. Orang-orang Indian asli yang berbahasa Arawak disapu bersih atau terserap; pengganti ekologikal penduduk berbahasa Arawak adalah orang-orang Spanyol pendatang dan suatu populasi Afrika yang diimpor di bawah kondisi perbudakan. Demikianlah di mana Rusia, Cina, Vietnam, Aljazair dan Meksiko memiliki akar-akar yang sudah lama dalam suatu neolitik asal-usun asli masa lalu, Kuba diciptakan untuk menjawab kebutuhan perluasan sistem komersial periode modern Eropa. Di Eropa sendiri, hegemoni Spanyol terbukti pendek, tetapi ekspansi Spanyol meskipun demikian merupakan suatu fase penting dalam “penciptaan dunia sebagai suatu sistem sosial.”
Ketiga, meskipun kita sekarang memikirkan ekonomi Kuba didominasi oleh produksi tebu, kemenangan tebu atas hasil panen yang lain berkembang relatif terlambat dalam sejarah pulau tersebut.Selama abad-abad pertama pendudukan Spanyol, pulau itu terutama membantu sebagai suatu basis strategis, menjaga garis laut yang menghubungkan pelabuhan Cadiz di Spanyol dengan pelabuhan-pelabuhan Amerika di Panama dan Meksiko. Havana tumbuh dalam respon langsung terhadap kebutuhan organisasional armada perak Spanyol dan usaha Spanyol untuk memasok koloni-koloni Amerika dengan barang-barang Eropa: sejak awal, Havana menghadapkan wajahnya ke laut, dan ke arah kontak-kontak dengan dunia di luar mengurung pulau tersebut. Daerah pulau yang tersisa ditumbuhi tembakau dan kopi, dan juga mencurahkan dirinya untuk memelihara ternak, untuk menyediakan daging bagi pasar dalam negeri dan kulit dan lemak untuk diekspor. Namun sampai pergantian abad delapan belas ke abad sembilan belas, pertanian dan perkebunan skalanya kecil. Belanjut dari sini,

selama lebih dari dua abad, Kuba mempu membangun masyarakatnya perlahan-lahan, tanpa gangguan yang berlarut-larut dari luar, dan menjauhi mode pengembangan penanaman. Orang dapat menunjuk dengan tepat pada pertumbuhan suatu “adaptasi kreol” di pemukiman orang Kuba (Mintz, 1964, xxii).

Sebagai pertaian dan perkebunan ia tetap berskala kecil sampai pergantian abad kesembilan belas, maka perbudakan orang Afrika relatif kurang signifikan di Kuba sampai tahun 1800 daripada di pulau-pulau dan daerah-daerah pesisir lain di Karibia. Hal ini, kemudian, menetapkan suatu keanehan perkembangan Kuba yang keempat. Pada akhir abad ketujuh belas, populasi orang berwarna keseluruhan di Kuba berjumlah tak lebih dari 40.000, dibandingkan dengan Barbados dengan 60.000 budaknya, Haiti dengan 450.000 budak, dan Virginia dengan 300.000 budak (Guerra y Sánchez, 1964, 46). Bahkan ketika produksi tebu bertambah dan perbudakan di perkebunan diintensifkan, setelah tahun 1800, bagian terbesar orang-orang Negro di Kuba tinggal di perkebunan-perkebunan dan peternakan-peternakan kecil, atau bekerja dalam pekerjaan kaum urban. Alexander von Humboldt, mengunjungi pulau tersebut sepanjang dan dalam pergantian abad kedelapan belas ke abad sembilan belas, memperkirakan hanya 60.000 budak bekerja dalam produksi tebu, 74.000 dalam perkebunan tanaman pokok lainnya, dan 45.000 dalam tanaman yang berjenis-jenis. Lebih dari 73.000 orang bekerja di dalam pekerjaan kaum urban. Di mana orang-orang Karibia dan koloni-koloni tanah daratan kekuasaan yang lain,

merupakan, sebagian besar, tempat yang ditinggali oleh massa budak tanpa harap apapun mengubah kondisi mereka, dan hanya orang-orang Eropa yang tinggal di pemukiman perkebunan ini yang merupakan pengawas, pejabat pemerintah, dan petualang (Mintz, 1964, xxiii).

budak yang bekerja di Kuba pada perkebunan-perkebunan kecil dan pada pedagangan barang kerajinan memberi suatu dasar untuk suatu transisi yang lebih mudah dari perbudakan menuju kebebasan.

Dalam atmosfir urban, perkebunan kecil, dan perbudakan berketerampilan yang berlaku di Kuba, tak ada rekahan tajam antara budak dan kebebasan, atau antara orang berwarna dan orang bebas putih. Semua kelompok yang ada memperlihatkan pekerjaan yang sana dan seringkali membagi eksistensi sosial yang sama di pusat-pusat urban, dan di wilayah pedalaman mereka bekerja berdampingan dalam perkebunan sayur-mayur, pemeliharaan ternak, penanaman tembakau, dan sejumlah industri pedalaman lainnya (Klein, 1967, 195).

Perkawinan-dalam merupakan hal yang biasa, dan hak seorang budak untuk memiliki harganya diumumkan kepada publik dalam suatu pengadilan dan membeli kebebasan dirinya dengan cicilan diijinkan. Diperkirakan bahwa seakhir pertengahan abad kesembilan belas, secara kasar ada dua ribu budak setiap tahunnya mengambil manfaat bagi diri mereka dari hak-hak ini, dan memasuki jalan terbuka untuk pekerjaan.
Namun, sementara perbudakan relatig berskala kecil dan minor dalam tiga abad pertama keberadaan Kuba, pengimporan budak diintensifkan setelah koloni-koloni budak Prancis yang kaya di Karibia seperti Haiti dan Santo Domingo jatuh sasran pengrusakan perang dan pemberontakan, dan modal yang disatukan pada produksi tebu dipindah dari koloni-koloni Prancis yang mundur ke tanah milik Spanyol yang relatif tak tersentuh. Di antara tahun 1762 dan 1821, sebanyak 250.000 budak Negro diseberangkan melalui bea cukai Havana, dan suatu perkiraan tambahan 60.000 dibawa melalui pelabuhan-pelabuhan lain yang tidak sah. Di Kuba, budak-budak ini ditundukkan pada suatu rejim buruh yang kasar yang terus bertambah. Bagaimanapun, tiga hal harus dikatakan mengenai peran orang-orang Negro di Kuba pada abad kesembilan belas. Pertama, intensifikasi buruh budak – datang setelah suatu periode yang relatif ringan – juga mengintensifkan sentimen perlawanan pada institusi. Kedua, tetap ada sekelompok besar orang-orang Negro yang bebas di pulau itu yang memberi kepemimpinan penting dalam pemberontakan-pemberontakan budak tahun 1810, 1812, dan 1844. Ketiga, ontonomi yang relatif dari kelompok-kelompok budak selama abad-abad sebelumnya dikombinasikan dengan impor-impor budak yang masif di masa sekarang untuk memelihara pola budaya Afrika yang signifikan di atas tanah Kuba. Hal ini bukan hanya jelas dalam pertumbuhan organisasi-organisasi keagamaan Afro-Kuba yang menggambarkan suatu fusi kepercayaan dan ritual-ritual Afrika dan Kristen yang otonom, tetapi juga dalam kelompok-kelompok rahasia Negro, seperti kelompok Abakuá yang mirip mafia yang memerintah dermaga-dermaga Havana (Lóvez Valdés, 1966). Kedua organisasi pemujaan dan ekstralegal ini memberi titik api untuk suatu kesadaran diri kehidupan politik dan sosial orang Negro yang terus berlangsung. Faktor-faktor keagamaan dan politik demikian memainkan suatu bagian penting dalam perlawanan Negro di antara kelas rendah Kuba.
Bertambahnya sentimen solidaritas nasional, ditopang oleh suatu rasa warisan “Kreol” yang terus berlanjut, dan perlawanan perbudakan yang memuncak dalam perang-perang melawan Spanyol. Perang-perang ini, sebaliknya, memperkuat mereka ketika alur-alur awal dibawa ke perang kemerdekaan Kuba pada tahun 1868. Suau negosiasi perdamaian ditandatangani di El Zanjón di tahun 1978, tetapi sebagian kecil pemimpin Kuba seperti pahlawan rakyat Antonio Maceo dan Calixto García tetap menyalakan pemberontakan salmapi medan perang skala penuh pecah kembali pada tahun 1895.
Dari tahun 1896 di mana perang berjalan, pada pihak Spanyol, di bawah kepemimpinan Jenderal Valeriano Weyler dengan persenjataan lengkap penuh taktik-taktik anti-gerilya yang kemudian menjadi populer di Aljazair dan Vietnam, sebagaimana penggunaan benteng yang dibawa berlayar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, pekerja bersenjata menyapu ke seluruh pedesaan, relokasi penduduk yang dipaksakan, serta kamp konsentrasi. Akibat-akibat dari perang berdarah ini diperkirakan menelan 400.000 orang Kuba dan 80.000 orang Spanyol. Pada tahun 1898, ketika para pemberontak Kuba berhasil mencabut orang-orang Spanyol dari kontrol di sebagian besar wilayah pedalaman pulau tersebut, Amerika Serikat memasuki keributan. Partisipasi Amerika Serikat secara efektif memecah kepemilikan orang Spanyol di kota-kota yang tersisa, namun juga memberikan dasar-dasar bagi perselisihan yang sengit antara para pemberontak dan sekutu-sekutu baru. Majelis revolusioner Jimagayú, pada tahun 1895, telah menganggap perang sebagai suatu lanjutan usaha yang lebih awal untuk mengusir orang-orang Spanyol, dan menganggap diri badan perwakilan Republik Kuba dalam Ketentaraan. Amerika Serikat tidak mengijinkan majelis tersebut atau juga hak jenderalnya, Calixto García, untuk berpartisipasi dalam penyerahan Spanyol atas Havana. Tindakan ini membantu secara efektif mengembalikan nasionalisme Kuba – dengan seluruh momentum yang diperoleh selama perjuangan kemerdekaan yang panjang – melawan Amerika Serikat. Lebih lanjut benih-benih pertikaian diperlihatkan selama pendudukan Amerika atas pulau tersebut sampai tahun 1909, dan sebagai sebuah hasil pembatasan atas kedaulatan Kuba menetakan dalam sesuatu yang disebut Amandemen Platt terhadap konstitusi Kuba tahun 1901 di mana menetapkan bahwa Kuba tak akan membuat perjanjian mengurangi kedaulatannya; tak ada kontak hutang luar negeri tanpa jaminan di mana kepentingan dapat dibantu dari pajak biasa; menjamin Amerika Serikat berhak untuk campur tangan dalam rangka melindungi kedaulatan Kuba dan suatu pemerintahan yang mampu melindungi kehidupan, kemerdekaan dan hak milik; dan mengijinkan Amerika Serikat untuk membeli atau menyewa tanah untuk stasiun-stasiun batu-bara dan laut. Mengikuti penerimaan amandemen, Amerika Serikat mensahkan suatu beban pajak yang memberi tebu Kuba pilihan di pasar Amerika dan untuk menyeleksi produk-produk Amerika di pasar Kuba. Sebagai suatu hasil dari tindakan Amerika, produksi gula menjadi lengkap sebagai dominasi ekonomi Kuba, sementara konsumsi domestik Kuba diintegrasikan ke dalam pasar Amerika Serikat yang lebih luas. Tak mengherankan bahwa para nasionalis Kuba memandang Amerika Serikat dengan kegetiran dan kebencian. Sejarawan Kuba Herminio Portell Vilá telah menulis bahwa,

revolusi Kuba tahun 1868-1898 menyelesaikan cita-citanya menghancurkan dasar-dasar struktur politik, ekonomi, dan sosial negeri tersebut, dalam rangka merekonstruksinya untuk keuntungan nasional. Obor pembakar, perjuangan, kamp-kamp rekonsentrasi, kekalahan partai Spanyol. sedang menyediakan masa depan suatu Kuba yang baru ketika intervensi Amerika Utara mendirikan kembali dan mengkonsolidasikan aspek-aspek ekonomi dan sosial rejim yang dihancurkan, dengan seluruh implikasi politik mereka (1966, 72-73).

Dalam sudut pandang ini, para intelektual Kuba bicara panjang mengenai suatu “revolusi yang membuat putus asa”, putus asa oleh Amerika Serikat.
Jika dalam dekade-dekade akhir sebelum pendudukan Amerika industri tebu Kuba telah mulai mengeliminasi perkebunan skala kecil tradisional dan pabrik penggilingan skala kecil, ia “di bawah perlindungan kekuasaan Amerika Utara di mana perubahan-perubahan yang lebih awal diperluas melalui industri tebu dan seluruh industri yang diperbesar dengan cepat” (Mintz, 1964, xxix). Hasilnya adalah pertumbuhan kombinasi pabrik-tanah, menyatu dalam satu dan kesatuan organisasional “massa tanah, massa mesin, massa manusia, dan massa uang” yang sama (Ortiz, 1947, 52). Ketika pabrik gula atau central-central menambah kapasitas mereka untuk menguasai kuantitas gula yang lebih besar, jumlah pabrik menurun dari 1.190 pada tahun 1877 menjadi 207 pada tahun 1899, dan kembali menjadi 161 di tahun 1965 (Guerra y Sánchez, 1964, 77; Villarejo, 1969, 81). Pada saat yang sama pabrik-pabrik memperluas kepemilikan mereka atas kebun tebu. Pada tahun 1959, dua puluh delapan produser gula terbesar memiliki 1.400.000 hektar dan menyewakan suatu tambahan 617.000 hektar, dengan demikian memiliki lebih dari 20 persen tanah Kuba dalam pekerbunan dan hampir seperlima tanah Kuba (seers, 1964, 76). Perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat mengontrol sembilan dari sepuluh central terbesar, dan dua belas dari dua puluh di kelas yang berukuran di bawahnya; central-central di bawah kontrol Amerika Serikat menghasilkan sekitar 40 persen hasil pulau tersebut, dan mengontrol 54 persen kapasitas penggilingannya. Karenanya, tidaklah sulit untuk melihat pabrik-pabrik penggilingan sebagai benteng-benteng asing “di mana suatu proconsul eksekutif memegang kekuasaan sebagai perwakilan suatu kekuasaan jarak jauh dan imperial” (Ortiz, 1947, 63), mempergunakan kontrol melalui suatu struktur vertikal yang ekstensif.

Tak hanya ada keputusan kebijakan yang diambil oleh perusahaan-perusahaan gula di Amerika Serikat, yang karenanya memancarkan pusat kekuasaan uang yang dikenal sebagai Wall Street, namun kepemilikan legal atas central juga merupakan orang asing. Bank yang menjamin pemotongan tebu juga bank asing, pasar pembeli juga asing, staff administratif yang mengatur di Kuba, mesin-mesin yang dipasang, modal yang diinvestasikan, dan sebagian besar tanah Kuba dimiliki oleh pemilik asing serta dialirkan ke central, seluruhnya asing, sebagaimana, secara cukup logis, keuntungan yang mengalir keluar negeri memperkaya orang lain (1957, 63).

Ketika perkebunan skala besar tumbuh, bagaimanapun, perkebunan skala kecil yang independen perlu diturunkan. Malahan, pertumbuhan central-central lebih lanjut mengembangkan suatu kelas pengelola yang tergantung, colono, yang – mengoperasikan 85 persen seluruh unit-unit perkebunan di hanya seperlima tanah perkebunan – membutuhkan pabril untuk meggiling tebu mereka dan untuk membiayai panen mereka. Banyak dari tebu, perkebunan dan gula colono serupa, dijual ke Amerika Serikat di mana pemasukannya diatur oleh suatu sistem quota, membagi secara adil penjualan gula antara produser domestik dan produser asing. Gula terhitung menjadi 80 sampai 90 persen dari seluruh ekspor Kuba, dan bagi sepertiga pemasukan keseluruhan pulau tersebut. Dicocokkan begitu sempitnya untuk keperluan pasar Amerika, ia juga menderita booming dan perubahan pasar ketika harga naik atau turun, dengan reaksi yang besar sekali pada distribusi yang miring pada pemasukan di dalam pulau itu.
Untuk mengisi pabrik-pabrik dan memotong tebu, industri gula juga menciptakan suatu tenaga kerja yang masif, terdiri dari keturunan mantan para budak, dari pemilik-pemilik kecil yang miskin, dan dari imigran-imigran Haiti dan Jamaika. Hasilnya adalah pertumbuhan suatu proletariat pedalaman yang besar, diputuskan dari banyak kepemilikan tanah dan dipaksa menjual tenaga kerjanya dalam suatu pasar buruh terbuka. Terhitung sekitar 500.000 pemotong tebu dan sekitar 50.000 pekerja pabrik. Kehadiran tenaga kerja ini di Kuba membuat kasus Kuba secara radikal berbeda dari kasus-kasus lain yang dibahas dalam studi ini. Suatu proletariat pedalamam bukan suatu kaum petani. Sebagaimana antropologis Sidney Mintz telah menulis,

Suatu proletariat pedalaman bekerja pada perkebunan modern yang tak terelakkan menjadi berbeda secara budaya dan tingkah laku dari petani. Anggota-anggotanya tidak memiliki atau (akhirnya) menginginkan tanah. Keadaan ekonomi dan sosial khusus mereka membawanya ke arah yang lain. Mereka dilebihkan dari minimun upah yang distandarisasikan, minggu-minggu kerja yang maksimum, pelayanan pendidikan dan pengobatan yang adekuat, bertambahnya daya beli, dan keuntungan serta perlindungan yang sama. Dengan cara ini, mereka dibedakan bak dari petani – yang seringkali konservatif, sering curiga, sederhana, tradisionalistik – maupun dari pemilik perkebunan, yang merupakan pengusaha agrikultural, berpandangan ke depan, berorientasi uang, serta kelas menengah pedalaman. Perbedaan demikian tidak melemahkan sosiologi pedesaan Kuba; tetapi akhirnya hal itu mengindikasikan untuk mengatakan “petani” Kuba seolah penduduk pedesaan merupakan suatu massa yang tak terbedakan dari pemilik tanah yang dimiskinkan untuk sama-sekali melalaikan kompleksitas Amerika Latin pedalaman. Para petani yang, oleh suatu proses penanaman yang berkembang dengan cepat, telah ditubah ke dalam proletar pedalaman, tak lagi merupakan orang yang sama (Mintz, 1964, xxxviii).

Diikat pada irama industri gula, proletar Kuba ini – seperti pekerja perkebunan tebu di wilayah lainnya di Karibia – menderita dengan berat dari variasi musiman yang juga berat dalam pekerjaan di dalam industri. Panen tebu dikonsentrasikan di dalam suatu periode terbatas tiga atau empat bulan; setelah panen hanya segelintir pekerja dibutuhkan untuk menanam tebu baru dan untuk menyiangi ladang tebu, dan hanya sedikit yang diperlukan untuk melayani prosesing pabrik. Periode panen yang dramatik dan seluruhnya penting, zafra, berbeda dengan waktu “mati” yang panjang atau tiempo muerto, ketika dua pertiga dari seluruh pekerja pabrik dan sembilan belas dari dua puluh pekerja ladang keseluruhan diberhentikan bersama-sama (Zeitlin, 1967, 51). Industri gula Kuba dengan demikian tak hanya mendirikan rejim suatu hasil panen dominan tunggal di pulau tersebut, tapi juga mempergunakan suatu tenaga kerja yang luas dan terkonsentrasi pada suatu lingkaran ekonomi yang berganti-ganti antara periode-periode panjang kelaparan dan periode-periode pendek aktivitas yang intens. Harapan para pekerja perkebunan tebu Kuba untuk memecahkan lingkaran ini menetapkan salah satu sumber utama dukungan bagi pemerintahan revolusioner setelah ia muncul untuk berkuasa (Zeitlin, 1967).
Utnuk membayar suatu quota gula yang dijamin di pasar Amerika Serikat, Kuba – sebaliknya – mengijinkan pengimporan ke pulau tersebut baik modal maupun produk-produk Amerika. Para pengusaha Amerika Serikat di pulau itu kemudian memiliki

lebih dari 90 persen pelayanan telepon dan listrik, setengah pelayanan rek kerata api umum, seperempat simpanan bank keseluruhan ... dan banyak pertambangan, produksi minyak dan peternakan ... Perusahaan-perusahaan utama Amerika disatukan kembali dengan erat, baik oleh dewan pimpinan yang terhubung satu sama lain maupun oleh kepentingan umum; bisnis dijalankan dan keputusan dibuat dengan referensi pada kepentingan bersama mereka (MacGaffey dan Barnett, 1962, 177).

Pada saat yang sama, Kuba tak dapat melindungi industri-industri barunya sendiri melalui pajak yang pantas atas impor Amerika Serikat. “Konsesi-konsesi tarif Kuba,” diamati ekonom Henry Wallich, “membatasi kemungkinan industri domestik, yang telah membantu kurang-lebih sebagai harga bagi suatu quota gula yang masuk akal di pasar Amerika Serikat” (1950, 12).
Selama seperempat pertama abad kedua puluh, perkebunan monokultur, dioperasikan di bawah bantuan-bantuan baru, diberi suatu penggerak bagi pertumbuhan yang relatif cepat dalam ekonomi Kuba; selama periode ini kekuatan membeli tebu Kuba lebih dari dua kali lipat. Kemudian, bagaimanapun, ekonomi mulai memperlihatkan tanda-tanda stagnasi. Pada tahun 1951 misi Truslow Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (Misi Ekonomi dan Teknik, 1951, 57) meringkaskan kesannya mengenai Kuba dengan mengatakan bahwa,

sejak tahun 1924-25, ekonomi Kuba menjadi tak stabil dan tak dinamis. Ia telah dengan nyata mempertahankan dirinya dalam trend-trend panjang pemasukan nyata per kapita. Ia dikarakteristikan oleh hitungan luas pengangguran, kekurangan pekerjaan, dan ketidakamanan umum bagi produser independen dan pelaku komersial sebagaimana juga penerima upah.

Ia mengkarakteristikkan ekonomi sebagai sesuatu “si mana kehilangan ke-‘dinamik’-kan tahun sebelum 1925-nya dan belum menemukan suatu dinamik baru.” Sama dengan itu, Dudley Seers mengkarakteristikkan gambaran itu sebagai,

salah satu stagnasi kronik dari tahun 1920-an ke depan dalam pemasukan per kapita yang sesungguhnya. Trend yang menaik dalam pemasukan dengan terang tetap berhadapan dengan peningkatan jumlah penduduk (Seers, 1964, 12).

Sementara ekonomi tak tetap berhadapan dengan penduduk, ia bukan, bagaimanapun, suatu ekonomi buruk dalam term-term mutlak yang dipergunakan banyak mahasiswa ekonomi pembangunan untuk mengukur penampilan suatu ekonomi pembangunan. Di antara dua puluh republik Amerika Latin, Kuba berada di urutan kelima dalam pemasukan per kapita tahunan, ketiga dalam jumlah orang tak bekerja di bidang agrikultur, ketiga atau keempat dalam pengharapan kehidupan, pertama dalam pembangunan jalan kereta api dan pemilikian perangkat televisi, kedua dalam konsumsi energi, keempat dalam produksi dokter per seribu penduduk (Goldenberg, 1965, 120-121). Lebih jauh, ada beberapa diversifikasi hasil panen setelah Perang Dunia II: sebagai contoh, di mana sebelum prang hampir seluruh maisena dan buncis diimpor masuk ke Kuba, menuju akhir tahun 1950-an Kuba memproduksi hampir apa pun yang dikonsumsi. Sama dengan itu, ada beberapa diversifikasi pembangunan industri. Tetapi “apa yang mendiami pertumbuhan ekonomi pulau tersebut bukanlah pasokan faktor-faktor produksi yang mutlak, tetapi cara di mana mereka diorganisasikan” (O’Connor, 1964a, 247).
Kuba memberi suatu contoh yang baik mengenai suatu ekonomi dan masyarakat yang “miring”. Dihubungkan ke pasar Amerika, membuat persoalan pada hembusan yang kuat yang diciptakan oleh sistem ekonomi Amerika; namun sangat mekanis di mana mengikat Kiba pada Amerika Serikat juga menempatkan batasan-batasan pada kapasitasnya untuk membuat keputusan otonom mengenai keperjaan dan sumber-sumber penghidupannya.
Dengan demikian, sebagai contoh, Kuba tak mengembangkan suatu

kelas kapitalis Kuba yang cukup besar dan asli pribumi. Dalam praktek sebenar dalam definisi, seorang kapitalis harus memiliki kekuasaan dan kebebasan untuk berkembang dan memilih di antara alternatif-alternatif usaha yang signifikan, dan lebarnya pilihan ini harus termasuk sumber-sumber dan syarat-syarat akumulasi modal. Untuk menyebutkan satu ilustrasi dari sejarah Amerika, para kapitalis bersandar pada fase-fase pasti perkembangan mereka atas suatu aliran hutang nasional sebagai suatu cara mengakumulasi modal, namun perlengkapan krusial ini diingkarkan pada orang-orang Kuba oleh para pemimpin Amerika. Para kapitalis Kuba kekurangan kemerdekaan-kemerdekaan sejenis lainnya karena kekuasaan beberapa orang Amerika yang membuat keputusan demikian secara formal maupun informal (Williams, 1966, 191-192).

Kelas atas Kuba, karenanya, tak mampu mengembangkan suatu peran ekonomi dan politik yang independen. Sumber keamanan terbesarnya terdapat pada investasi dalam real estat dan konstruksi spekulatif, seringkali dalam hubungannya dengan tuntutan perniagaan turis. Sebagian besar pemasukannya dijamin melalui penghindaran pajak, riba, dan korupsi. Penenaman modalnya terutama dibuat di bawah perlindungan pengusaha Amerika, di lembaga-lembaga Amerika Utara. Tak mampu menjadi seorang borjuis independen, ia juga tak mampu bertindak sebagai seorang biorjuis nasional. Banya anggota-anggotanya merupakan bekas orang berkebangsaan Spanyol atau Amerika. Mereka juga tak dapat menempa suatu ikatan efektif untuk suatu pendirian aristokrasi Kreol sebagaimana yang ada di pedalaman negeri-negeri Amerika Latin lainnya, karena kelompok ini telah digantikan secara efektif oleh manajer-manajer korporat yang beroperasi di bawah bantuan Amerika Serikat. Kelas atas Kuba dengan demikian juga kekurangan “perlindungan kekuasaan oligarki yang tipikal” (Blackburn, 1963, 64, catatan kaki 40). Memusat di Havana, “tradisi, gagasan-gagasan, dan penjalanan idealnya melanjutkan dan condong bermutasi dalam arah kebudayaan Amerika” (Williams, 1966, 190), tanpa banyak pertambahan yang bersamaan dalam kapasitasnya untuk manajemen otonom kebudayaan. Fidel Castro, dalam pidatonya pada tanggal 1 sampai 2 Desember 1961, mengkarakteristikan strata ini dan anggota-anggota tout court-nya sebagai suatu “borjuis berngkak.” Proses-proses yang sma juga menghasilkan pertumbuhan apa yang disebut kelas menengah. Perdagangan secara umum ada di tangan orang Spanyol dan Cina. Orang-orang Kuba terutama digambarkan dalam profesi-profesi bebas dan aparatur pemerintah. Perusahaan-perusahaan Amerika mempekerjakan sekitar 160.000 orang (Harbron, 1965, 48). Suatu aparatur pemerintah yang terserap, pada tahun 1950, 186.000 pegawai atau sekitar 11 persen keseluruhan pepulasi kerja, mengalokasikan mereka 80 persen pajak umum (Goldenberg, 1965, 130). Sisanya terdiri dari para colono, profesional, personil tentara, dan pengrajin tidak tergantikan oleh kebutuhan industri Amerika. Batas-batas “kelas” yang heterogen ini tidaklah pasti. Beberapa anggotanya berhasil, sepanjang tahun, naik menuju kelas atas (Carvajal, 1950, 35); yang lainnya “tetap terhubung ke sektor-sektor kelas bawah dari mana mereka berasal” (Álvarej, 1965, 628). Di antara mereka merupakan pekerja yang lebih istimewa yang bekerja di industri ringan dan industri keperluan. Di antara mereka juga ada orang-orang yang terhubungkan dengan “massa yang berkembang biak dan parasitik” yang besar, 250.000 orang yang mendapatkannya, “diciptakan oleh kombinasi pengangguran dengan gaya hidup mewah orang kaya lokal dan para turis” (Blackburn, 1963, 83). Jumlah keseluruhan segmen ini juga tak dapat diperkirakan dengan benar. Beberapa peneliti (misalnya, Draper, 1965, 105; dan Raggi, 1950, 79) menyebut sepertiga penduduk Kuba pada kategori barusan ini; yang lainnya (misalnya Nelson, 1966, 196) merasa “tak semuanya pasti bahwa suatu kelas menengah eksis.” Ada persetujuan umum, bagaimanapun, bahwa personil kelas menengah ini dibuka pada tekanan ekonomi besar yang berulangkali merintangi mobilitas mereka atau membahayakan keuntungan mereka. Ada persetujuan umum juga bahwa kelas menengah kekurangan koherensi serta kemampuan umum untuk membela kepentingan mereka. Mereka cukup menetapkan “sejumlah kelompok pencarian-diri yang terbagi-bagi dengan tajam” (MacGaffey dan Barnett, 1962, 39).
Seperti kelas atas, anggota-anggota kelas menengah juga dipolarisasikan di sekeliling pusat urban Havana yang besar, di mana – dengan penduduknya yang berjumlah 790.000 – termasuk salah satu dari setiap tujuh orang Kuba. Havana merupakan titik masuk pengaruh Amerika dan juga sebagai mata rantau utama di antara pulau dan masyarakat dan ekonomi benua Amerika. Memperlihatkan perbedaan mencolok antara kelas menangah dan kelas atasnya, mencocokkan diri pada gaya ideal Amerika dalam mobilitas dan konsumsi, dan kaum miskin kota, namun didemonstasikan dalam ambiansi dan gaya hidupnya tarikan “cara hidup” orang Amerika. Namun kebanyakan masyarakat Kuba merupakan “beberapa tingkat parasit”, dengan populasi pengangguran yang luas di mana telah didukung oleh bagian penduduk yang bekerja dan menampilkan aktivitas-aktivitas yang tak produktif (Goldenberg, 1965, 134), maka Havana merupakan parasit di atas masyarakat luas Kuba. Sebagai contoh, par excellence, perbedaan antara suatu “pedalaman yang ketinggalan lebih jauh dan jauh di belakang, dan suatu sektor kelas menengah yang hampir terlalu besar bagi ekonomi untuk ditopang” (Draper, 1965, 105). Tidak mengherankan bahwa Che Guevara (1968a, 31) membandingkan suatu negara berkembang untuk “suatu makhluk kerdil dengan kepala yang besar dan dada membengkak” yang “berkaki lemah atau berlengan pendek yang tak mampu berbuat banyak bagi otonominya”; dan George Blanksten meletakkan jarinya pada salah satu sumber utama kekuasaan Castro ketika ia mengatakan bahwa “Kemunculan Castro untuk berkuasa merupakan kemenangan Kuba pedalaman atas Havana” (1962, 123).
Di antara massa besar pemotong tebu dan kelas-kelas menengah juga menghalangi suatu proletariat urban, berjumlah 400.000 orang. Kita telah melihat bahwa derajatnya yang lebih istimewa -–para pekerja di industri ringan dan industri kebutuhan – bergabung dengan kategori kelas menengah yang tak kelihatan; mereka, kenyataannya, diorganisasikan ke dalam persatuan-persatuan pengrajin yang berfungsi mempertahankan hak-hak istimewa mereka. Strata kelas pekerja yang lebih miskin, di sisi lain, bergabung dengan massa urban pengangguran dan pekerja kasar perkotaan yang juga tak jelas, diperkirakan berjumlah 700.000 orang. Gerakan persatuan Kuba mengklaim suatu keanggotaan sejumlah satu juta, tapi ketika Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan melaporkan tahun 1950,

keanggotaan seringkali lebih berupa nominal daripada nyata (yang dimaksud aktif, bentuknya partisipasi). Standar pendidikan anggota secara umum rendah. Persatuan-persatuan Kuba, sebagian besar, kekurangan suatu dasar demokratik yang sungguh kuat, dan mereka tidak secara kokoh mendirikannya dalam legitimasi hubungan-hubungan bargain kolektif di tingkat pabrik dan toko. Mereka cenderung, oleh karena itu, menjadi papan-gema bagi ambisi politik para pemimpin yang mencari kemajuan beberapa doktrin atau partai atas nama buruh yang diorganisir atau untuk mempromosikan keberuntungan dan posisi-posisi pribadi mereka di bidang politik (dikutip dari Smith, 1966, 131).

Di dalam suatu struktur demikian di dalam suatu negara yang terus-menerus tak seimbang, apa sifat bidang politiknya? Di sini sekali lagi kita mungkin mencatat pengaruh kuat kehadiran Amerika. Ia menciptakan manifes dirinya sebagian dalam intervensi langsung, sebagian dalam menempatkan batasan-batasan dalam bidang aktivitas politik yang diijinkan pada penduduk Kuba. Di hari-hari awal republik baru, Amerika Serikat mengintervensi dua kali dengan pasukan perang, meletakkan para marinir di pulau tersebut dari tahun 1906 sampai 1908 dan kembali dari tahun 1912 sampai tahun 1922. Namun ia juga menggunakan kemampuannya untuk menjamin pengakuan pada para pemimpin politik Kuba yang merupakan kesayangan, dan menyembunyikannya dari para pemimpin yang dicela. Dengan demikian Amerika Serikat dengan mudah mengakui dan mendukung rejim kuat militer Jenderal Gerardo Machado (1925-1933) dan Jenderal Fulgencio Batista (1934-1944, 1952-1958). Di sisi lain menolak mengakui pada rejim reformis, pada tahun 1933-1934, Ramón Grau San Martin, yang menganjurkan nasionalisasi reformasi kebutuhan dan agraria, dan yang mungkin telah menyetir suatu bagian berbeda dari pendahulu-nya Machado dan penggantinya Batista. Menurut pengamat politik Federico G. Gil:

Penolakan Amerika Serikat untuk mengakui Grau San Martin merupakan suatu faktor penting dalam kejatuhan pemerintahannya. Menyangkut bahaya-bahaya yang inheren dalam revolusi sosial dan pengaruhnya pada Amerika Serikat yang merupakan kepentingan-kepentingan abadi di pulau tersebut, kebijakan Amerika dicita-citakan pada pemeliharaan status quo ... Orang tak dapat membantu kecuali takjub ada atau tidak ada peristiwa-peristiwa di Kuba dapat mengambil suatu bagian yang berbeda, jika Amerika Serikat pada saat itu telah menyokong perubahan sosial dan ekonomi yang dibutuhkan ... Adalah valid untuk menampilkan suatu pertanyaan demikian, karena dalam beberapa aspek fenomena kuba tahun 1950-an merupakan reinkarnasi sederhana dari proses revolusioner yang terpotong di tahun 1930-an (1966, 150).

Keengganan Amerika Serikat untuk membantu setiap perubahan subtantif, baik di dalam Kuba maupun di dalam hubungan Kuba pada kepentingan Amerika Serikat, menciptakan kuburan bagi diri sendiri dan keraguan yang realistik menganggap kemampuan setiap pemerintahan Kuba melanjutkan kepentingan-kepentingan pulau sebagai suatu keseluruhan. Malahan, politik Kuba, mencabut cita-cita nasional, menjadi semacam permainan kata-kata yang hanya memperoleh kemungkinan yang direbut oleh faksi-faksi individual dari perbendaharaan negara klien neo-kolonial, suatu pilihan yang, lebih lanjut,

mengabadikan warisan Spanyol di mana kantor publik seharusnya menciptakan suatu sumber keuntungan pribadi. Politik dengan demikian menjadi kunci untuk kemajuan sosial, dan begitu lebih kecil daripada suatu percekcokkan antara faksi-faksi untuk kepemilikan pemerintahan. Partai-partai memotong kepentingan-kepentingan kelompok, dan personalismo lebih prinsipil daripada penjajaran partai yang ditentukan ... Pemerintah, kenyataannya, seperti lotere yang dipergunakan untuk memainkan suatu bagian terpenting yang demikian dalam politik Kuba. Kehidupan publik dirembesi oleh suatu bom kegilaan, dengan sektor-sektor menengah tawar-menawar satu sama lain untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pemerintah (Hennessy, 1966, 23-24).

Tawar-menawar kompetitif ini seringkali disertai oleh medan perang gang dan tipe-tipe kekerasan yang lain (Stokes, 1953; Suárez, 1947, 11-15); pelunasan lebih sering daripada tidak untuk masuk pada kekayaan umum dan pribadi, dengan korupsi diterima sebagai semacam kapitalisasi publik kelompok pemenang. Kritik-kritik poliik Kuba, sebaliknya, sering menyebut suatu “moralisasi” pemerintah, daripada untuk suatu perubahan struktural dalam kondisi-kondisi imoralitas. Dalam masalah ini, juga, kehadiran rejim Castro menemukan pendahuluannya dalam sejumlah sosok-sosok politikus – sebagaimana seperti Antonio Guiteras, menteri dalam negeri Grau San Martin, yang meluncurkan slogan “Verguenza contra dinero” (Rasa malu melawan uang); dan Eduardo Chibás dari partai Ortodoxo, yang berjanji bunuh diri pada hari-hari yang mendahului perebutan Batista yang kedua kali. Gerakan Dua Puluh Enam Juli yang dipimpin Castro, dengan sikap puritan kuatnya ke arah moralitas publik, telah membangun perasaan kuatnya yang dibutuhkan untuk “suatu perubahan dalam adat-istiadat umum” (Gil, 1962, 386).
Banyak pengamat telah menginterpretasikan rejim diktatorial Fulgencio Batista sebagai dua contoh yang lain dari kecenderungan orang Hispanik atau Amerika Latin bagi kepemimpinan personal atau personalismo. Kepemimpinan personal biasanya merupakan suatu pola yang penting dalam politik Amerika Latin, tetapi suatu analisis yang diletakkan dalam ungkapan-ungkapan personalistik kehilangan tiga aspek dari situasi Kuba di mana memerlukan keterangan yang lebih jauh. Pertama, jelas bahwa beberapa kekuatan politik di Kuba terlalu lemah bagi setiap satu kelompok atau kelas untuk melebihi kebuntuan politik. Sebagaimana James O’Connor telah mengungkapkannya, “keseimbangan kekuatan-kekuatan kelas – diletakkan dalam hitungan ukuran, organisasi dan morlitas – menciptakan suatu hubungan politik di mana tak ada kelas yang punya inisiatif” (1964b, 107). Suatu situasi demikian memberi keuntungan pada suatu diktator yang dapat memainkan beberapa kelompok yang relevan melawan satu sama lain. Kedua, seringkali tidak dicatat bahwa rejim Batista benar-benar menampilkan kembali usaha-usaha untuk memberi perwakilan – bukan dalam bentuk pemilihan – bagi beberapa kelompok kepentingan penting. Ia diambil dari seluruh kelas dan “perwakilan seluruh kelas dapat diletakkan dalam posisi-poisisi pengambil keputusan kunci di seluruh pemerintahan sejak tahun 1935. Ini termasuk buruh” (1964b, 107). Dalam konteks ini orang seharusnya mengingat bahwa buruh diwakili dalam rejim Batista pertama oleh dua orang Komunis dalam osisi menteri dan oleh para pemimpin persatuan-dagang Komunis. Ketika kekuasaan berpindah dari kepemimpinan Komunis ke para pemimpin persatuan-dagang anti-Komunis pada tahun 1950, para pemimpin baru ini dimasukkan ke dalam pemerintahan Batista kedua. Pada saat yang sama, partai Komunis tak melakukan apapun untuk menolak rejim tersebut secara politik, bersandarkan diri sepenuhnya pada taktik-taktik persatuan dagang. Mereka juga tidak memberi dukungan pada pemberontakan Castro. Mereka mencela pemberontakan Moncada pada tahun 1953 sebagai “petualang pemecah-belah”, mengkritik para pemberontak di pegunungan sebagai teroris dan konspirator, dan menentang pemogokan yang diadakan pada tahun 1958. Itu hanya pada bulan Juli 1958 bahwa seorang pemimpin Komunis, Carlos Rafael Rodríguez, yang menjadi seorang menteri dalam pemerintahan Batista pada tahun 1940, pergi ke pegunungan untuk membuat kontak dengan Fidelistas.
Organisasi sindikalis-pura-pura rejim Batista ini menghasilkan aspek ketiga yang memerlukan komentar. Di satu sisi, ia mengikat suatu segmen masing-masng kelas yang signifikan pada aparatur negara, dengan demikian memberi mereka suatu pancang yang kokoh dalam pemeliharaannya, sementara pada saat yang sama melemahkannya dengan dirancang untuk melawan para pesaing yang mungkin. James O’Connor telah mengkarakteristikkan situasi tersebut sebagai berikut:

Jauh lebih penting, perwakilan masing-masing kelas pada tahun 1950 telah membentengi diri mereka sendiri dengan kokoh dalam birokrasi negara. Dengan demikian karakter perjuangan Castro diarahkan sebagian oleh akibat pergolakan yang lebih awal di mana menghapus suatu dasar kelas yang solid bagi peran politik dan memberikan dasar kerja bagi masing-masing kelas untuk mendirikan semacam pancang dalam ekonomi politik nasional. Kepentingan-kepentingan yang tetap ini diuntungkan baik dari jaringan kontrol pasar maupun darir redistributif kebijakan-kebijakan ekonomi nasional. Dengan cara ini situasi paradoksal berkembang bahwa segmen-segmen masing-masing kelas menikmati suatu pancang luas dalam sistem tersebut, sementara yang lainnya memperolehnya dari pembinasaannya (1964b, 108).

Dengan beberapa anggota dari masing-masing kategori sosial di dalam dan beberapa di luar, mereka hanya dapat mengembangkan banyak konflik di antara yang di dalam dan di dalam, serta di dalam dan di luar, tetapi bukan pertentangan radikal – dalam ungkapan sosiologikal – di antara para pembela dan para antagonis sistem sosial sebagai satu keseluruhan. Sosiologis Lewis Coser telah menunjukkan bahwa “konflik, lebih merupakan sesuatu yang mengacaukan dan mencerai beraikan, mungkin memang menjadi suatu cara pengimbangan dan karenanya memelihara suatu masyarakat sebagai suatu urusan yang berjalan dengan baik” (1956, 137). Dengan demikian di Kuba kasus konflik hanya membawa pada jalan buntu, dan jalan buntu menghasilkan konflik, tanpa satu kelompok menjadi mampu mengembangkan pengaruh yang cukup untuk memunculkan sistem dari tambatan-tambatannya. Ya, sebagaimana James O’Connor menulis,

perkembangan ekonomi [setelah tahun 1950] membutuhkan otonomi nasional keseluruhan, stabilitas politik (pra-kondisi untuk investasi luar negeri) dalam ketiadaan suatu kelas yang kuat dan stabil bagi peran borjuis, membutuhkan ketergantungan atas Washington. Perkembanagn ekonomi membutuhkan suatu sistm moneter mandiri dan otonomi moneter; stabilitas politik dibutuhkan bahwa pulau tersebut dijamin melawan inflasi, dan bahwa peso dijaga pada suatu tingkat yang sama dengan dollar dengan menahan pulau tersebut sebagai suatu koloni moneter Amerika Serikat. Perkembangan ekonomi dibutuhkan bahwa Kuba mampu menunda, mengatur, memodifikasi pembayaran internasionalnya; stabilitas politik membutuhkan pembayaran penuh dan cepat (pada tahun 1957-58, 70 persen koleksi kredit Amerika Serikat dikatakan “cepat”, dan 90 persen dibayar di dalam tiga puluh hari). Perkembangan ekonomi dibutuhkan bahwa Kuba mampu merebut keuntungan instrumen-instrumen umum kebijakan ekonomi nasional – bea pertukaran yang berlipat ganda, quota impor, dan kemudian; stabilitas politik dibutuhkan bahwa peraturan komersial internasional Kuba diatur dalam kepentingan para pedagang Amerika Serikat. Perkembangan ekonomi dibutuhkan bahwa Kuba membebaskan dirinya sendiri dari sistem quota gula; stabilitas politik dibutuhkan bahwa nasib Kuba dihubungkan pada kepentingan dan selera Kongres Amerika Serikat (1964b, 106).

Biaya kebuntuan politik dengan demikian memberi kontribusi langsung untuk mencegah perkembangan ekonomi dan untuk menjamin bahwa stabilitas politik yang membuatnya mungkin untuk melebihi ketidakseimbangan sistem sosial. Di bawah kondisi ini, hanya injeksi suatu kekuatan baru dari “luar” sistem dapat memberi daya dorong tambahan yang dibutuhkan untuk menggoncang struktur konflik yang tengah berjalanserta resolusi-konflik, dan akibat kondisi impotensi politik.
Kekuatan “luar” tersebut adalah gerombolan pemberontak Fidel Castro. Dua kali dalam toga puluh tahun politik “internal” ternyata tak cukup dalam mempengaruhi suatu perubahan struktur utama di dalam masyarakat Kuba. Selama periode pertentangan melawan penjagalan berdarah Machado dan selama rejim nasionalis radikal yang berumur pendek dari Grau San Martín, para mahasiswa universitas merebut kontrol Universitas Havana dan para pekerja telah menduduki stasiun-stasiun rel kereta api, perlengkapan publik, dan central-central gula, untuk mendirikan “soviet” atau dewan para pekerja, petani, dan prajurit dalam model Rusia yang berumur pendek. Gerakan terutama kuat di Provinsi Oriente, yang kemudian merupakan jantung usaha pemberontakan. Perebutan disponsori oleh partai Komunis muda, diorganisair tahun 1926; kaum Komunis juga ternyata efektif dalam mengorganisir persatuan pekerja gula nasional pertama (SNOIA) dan “liga petani” di antara para pekerja pedalaman. Meskipun memiliki prestis dan kekuatan yang sungguh-sungguh, bagaimanapun, partai Komunis ternyata tak efektif untuk berjalan lebih jauh. Ada bukti-bukti bahwa bertahan dari pertarungan melawan Machado karena takut menggusarkan intervensi imperialis (Zeitlin dan Scheer, 1963, 112); tidak mendukung rejim Grau di mana ia dianggap sebagai “tuan tanah borjuis”; keluar dari dukungan terbuka rejim Batista pertama, dan memfokuskan pada cita-cita persatuan-dagang lebih daripada cita-cita politik setelah itu. Hal ini kemudian menggambarkan prototipe “mesin partai yang harus disuapi”, melawan Régis Debray yang telah melancarkan kecaman. Dengan demikian ia tetap secara esensial pasif selama dua tahun pertama usaha gerilya.
Gerakan Dua Puluh Enam Juli, dipimpin oleh castro, dengan demikian menampilkan baik suatu kesinambungan aksi radikal masa lalu mapun suatu permulaan darinya. Castro sendiri memenangkan taji-taji politiknya dalam pertempuran-pertempuran kelompok kekerasan yang juga disebut kelomok-kelomok aksi akhir empat puluhan yang dilawankan pada koalisi partai Komunis dengan Batista dan yang menyokong taktik-taktik pemberontakan. Selama suatu jeda pendek pemilihan politik tahun 1952 ia sendiri maju sebagai seorang kandidat partai Orotodoxo dalam pemilihan yang, bagaimanapun, tak pernahmengambil tempat sebagai suatu hasil dalam perampasan kekuasaan Batista yang kedua kali. Pada tanggal 26 Juli 1953, ia mengorganisir suatu serangan 125 orang atas barak-barak tentara Moncada di Santiago de Cuba. Serangan tersebut membuat gerakan tersebut menjadi berbeda, tetapi ternyata gagal. Casto dipenjarakan, dibebaskan dua tahun kemudian. Dalam pembuangan di Meksiko, ia pecah dengan partai Orotodoxo untuk menjalankan suatu pemberontakan baru. Sebuah pendaratan oleh pasukan Kuba dari Meksiko dikoordinatkan dengan pemberontakan lain di Santiago; delapan puluh dua orang di bawah kepemimpinan Castro mendarat di Kuba, tetapi pemberontakan gagal dan kelompok Castro hapir tersapu bersih antara tanggal 2 dan 5 Dsesember 1956. Selusin yang tersisa lari menuju Sierra Maestra di mana mereka mengorganisir diri sendiri untuk melanjutkan peperangan melawan Batista, saat ini dengan taktik-taktik gerilya.
Sejak saat itu, ada suatu jurang pemisah yang melebar di Kuba antara organisasi-organisasi yang berhara memobilisasi massa urban dan pedalaman atau suatu usaha revolusioner, dan para Castroit yang menyandarkan diri pada aksi militer sekelompok kecil orang, mempergunakan gunung-gunung Provinsi Oriente sebagai perlindungan istimewa mereka. Konfil ini kemudian dikenal sebagai pertentangan Ilano atau tanah rendah dan gunung-gunung atau sierra (lihat Guevara, 1968a, 196-197). Dari sudut pandang partai Komunis, kelompok pemberontak mengikuti suatu strategi Blanquis, gerakan di belakang revolusioner Prancis Auguste Blanqui. Blanquisme telah digambarkan oleh Engels sebagai pandangan,

suatu resolusi yang relatif berjumlah kecil, orang-orang yang terorganisir dengan baik akan mampu, dalam memberi gerakan yang menguntungkan, tak hanya merebut kemudi negara, tetapi juga menjaga kekuasaan, dengan aksi enegetik dan tak kenal henti, sampai mereka berhasil membawa massa rakyat ke dalam revolusi dengan menyusun mereka di sekitar sekelompok kecil para pemimpin.

Pandangan ini merupakan kutukan bagi banyak kaum Komunis. Lenin telah menulis bahwa “pemberontakan harus didasarkan pada peningkatan revolusioner rakyat”; namun di sini merupakan suatu gerakan yang berharap menghasilkan peningkatan rakyat dengan “menerjunkan” sekelompok pemberontak ke dalam situasi Kuba.
Bagaimana kelompok pemberontak menggembleng massa? Ini asal-usul kekuatan pemberontak terdiri terutama dari apa yang disebut “para intelektual revolusioner”, kebanyakan berasal-usul kelas menengah. Beberapa di antaranya merupakan mahasiswa (Raúl Castro, Fauré Chomón), beberapa pengacara (Castro, Dorticós), beberapa dokter (Faustino Pérez, René Vallezo), beberapa guru (Frank País), sedikit urban pengangguran (Camilo Cienfuegos, Ephigenio Almejeiras). “Tak ada di antara kami.” tulis Che Guevara (dikutip dalam Draper, 1965, 68),

bukan dari kelompok pertama yang datang dalam “Granma”, yang mendirikan diri kami sendiri di Sierra Maestra, dan belajar untuk menghormati para petani dan pekerja sementara tinggal bersama mereka, memiliki latar belakang pekerja atau petani.

Orang pertama dengan koneksi-koneksi di antara penduduk pedalaman bergabung dengan pemberontak adalah Guillarmo García, seorang pedagang ternak di wilayah di mana para pemberontak membuat markas mereka; pada 6 Mei 1957, ia diporomosikan menjadi kapten dan “mengambil biaya semua petani yang bergabung dengan barisan” (Guevara, 1968a, 102). Namun rekruitmen petani perlahan-lahan.

masalah mendasarnya adalah: jika mereka melihat kami mereka melaporkan kami. Jika Tentara belajar keberadaan kami melalui sumber lain, mereka dikalahkan. Melaporkan kami melakukan kekerasan pada kesadaran mereka sendiri dan, dalam setiap kasus, meletakkan mereka dalam bahaya, sejak keadilan revolusioner semakin cepat. Meskipun suatu terorisasi atau akhirnya petani yang dinetralkan dan gelisah memilih menjauhi dilema serius ini dengan meninggalkan Pegunungan, pasukan kami sedang membentengi diri sendiri begitu rupa (Guevara, 1968a, 197).

Dalam menghadapi rekruitmen yang perlahan di antara kaum petani, penguatan dikirim ke dalam pegunungan dari dataran rendah – khususnya oleh Frank Faís, dioperasikan dari Santiago de Cuba – ternyata krusial. Lima puluh orang dengan sejata bergabung ke dalam barisan antara pendaratan pada tanggal 2 Desember 1956, dan serangan pada post tentara di Uvero pada tanggal 28 Mei 1957; kita mungkin menduga bahwa banyak di antaranya merupakan pekerja industrial atau proletarian pedalaman dari Provinsi Oriente (lihat Arnault, 1966, 147, catatan kaki 13). Rekruitmen petani dipercepat setelah itu.

Sedikit demi sedikit, ketika para petani datang untuk mengakui ketidakterkalahan gerilya dan durasi panjang perjuangan, mereka mulau merespon lebih legis, bergabung ke dalam pasukan kami sebagai prajurit. Sejak saat itu, mereka tak hanya bergabung ke dalam barisan kami tetapi juga mereka ternyata bertindak mendukung. Setelah pasukan gerilya membentengi diri secara kuat di pedesaan, khususnya sejak ia akrab bagi petani untuk memiliki sanak famili di seluruh zona. Ini adalah apa yang kami sebut “mendandani kaum para gerilyawan dengan daun-daun palm” (Guevara, 1968a, 197).

Dua faktor dalam rekruitmen ini tampak penting. Pertama, penduduk pedalaman yang mengelilingi Sierra Maestra sungguh-sungguh berbeda dalam karakter dengan karakteristik proletariat pedalaman Kuba kebanyakan. Guevara telah berkomentar mengenai hal ini dalam diskusinya mengenai “Keistimewaan orang Kuba” (1968a, 29):

area pertama di mana Tentara Pemberontak – dibuat dari sisa-sisa kelompok kalah yang berlayar dengan Granma – dioperasikan, adalah suatu wilayah yang ditinggali oleh petani yang berakar sosial dan budayanya berbeda dari para petani yang ditemukan di wilayah-wilayah agrikultur semi-mekanik yang berskala luas. Kenyataannya, Sierra Maestra, sarang lebah tempat terjadinya peristiwa revolusioner pertama, merupakan suatu tempat di mana para petani berjuang dengan tangan kosong melawan latifundisme yang mencari perlindungan. Mereka mencari suatu tanah damai yang baru – bagaimanapun dilupakan oleh negara atau beberapa latifundis – di mana menciptakan suatu masa depan sederhana! Mereka secata konstan berjuang melawan pemerasan para prajurit, yang selalu bersekutu dengan para latifundis; dan ambisi mereka memperluas tak lebih jauh daripada suatu akte tanah milik. Secara konkrit, para prajurit yang termasuk pada pasukan gerilya tipe-petani pertama kami datang dari bagian kelas sosial yang telihat lebih kuat mencintai tanah serta kepemilikan atasnya; ini dikatakan, memperlihatkan secara sempurna bahwa kami dapat menegaskan sebagai jiwa borjuis kecil. Para etani bertarung karena ia menginginkan tanah bagi dirinya sendiri, bagi anak-anaknya, untuk mengaturnya, menjualnya, dan menjadi kaya dengan pekerjaannya.

Demikianlah susunan sosial ke dalam pemberontakan memasukkan dirinya sebagai hal yang luar biasa bagi Kuba. Sementara para penghuni liar muncul di bagian Kuba yang lain, jumlah mereka khususnya tinggi di Provinsi Oriente (Seers, 1964, 79), di mana mereka hidup lebih banyak di perbatasan hukum. Juga ada referensi ke zona Sierra Maestra sebagai salah satu zona utama bagi penanaman dan penyelundupan mariyuana (Goldenberg, 1965, 155), suatu aktivitas yang harus memperkuat orientasi ekstra legal wilayah tersebut dan dengan demikian membuatnya sebagai suatu tempat berlindung bagi pertumbuhan kelompok gerilya yang lambat yang memperoleh simpati petani sebagai semacam Robin Hood atau bandit-bandit sosial. Faktor kedua dari beberapa faktor yang penting mulai tampak bahwa kelompok pemberontak itu sendiri menjadi suatu bagian ekonomi lokal yang terus-menerus, dengan demikian mengikat kepentingan petani pada kelanjutan keberadaan dan keberhasilan mereka. “Petani pegunungan ini,” kata Guevara,

tidak memiliki ternak dan secara umum milik mereka adalah suatu makanan penyambung hidup. Mereka tergantung pada penjualan kopi mereka untuk membeli barang-barang olahan yang sangat diperlukan, seperti garam. Sebagai suatu langkah awal kami mengatur dengan beberapa petani bahwa mereka seharusnya menanam tanaman yang spesifik – buncis, jagung, beras, dan lainnya – di mana kami menjamin untuk membeli. Pada saat yang sama kami datang untuk bicara dengan para beberapa pedagang di kota-kota terdekat untuk menyuplai bahan makanan dan perkakas (1968a, 203).

Pertumbuhan kekuatan kelompok pemberontak di gunung-gunung berbeda dengan beberapa kegagalan untuk melaksanakan pemberontakan di dataran rendah. Hal ini termasuk suatu serangan mahasiswa ke istana kepresidenan di Havana pada tanggal 13 Maret 1957; suatu pemogokan umum yang dilaksanakan pada Agustus 1957; suatu pemberontakan para pegawai kapal di Ceinfuegos pada tanggal 5 September 1957; dan pemogokan lain yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 1958. Namun pada pemberontakan tahun 1958 suatu front pemberontakan kedua terbuka di Kristal Sierra, bagian utara Provinsi Oriente; pada bulan Mei dua barisan pemberontak bererak ke timur masuk ke provinsi Camagüey dan Las Villas. Pada bulan November dan Desember 1958 para pemberontak memotong komunikasi dengan pusat-pusat urban di Oriente dan mulai mengambil pos-pos komando dan kota-kota kecil di dataran rendah. Guevara merebut Santa Clara pada tanggal 31 Desember 1958. Batista meninggalkan negeri itu pada 1 Januari 1959, dan pada 8 Januari para pemberontak memasuki Havana. Diperkirakan bahwa pasukan pemberontak yang demikian tak pernah melebihi lebih dari dua ribu orang bersenjata.
Pandangan James O’Connor bahwa rejim Batista merupakan suatu koalisi tak efektif dari segmen-segmen kelas yang diberi suatu pancang dalam struktur yang tak kenal henti sementara segmen yang lain ditinggalkan, didukung oleh cara di mana beberapa kalompok “luar” mulai memberikan dukungan mereka pada para pemberontak, sementara beberapa yang “di dalam” menarik diri dari partisipasi di dalam rejim. Ada bukti-bukti yang pasti bagi dukungan kelas menengah untuk para pemberontak, meskipun kemudian disangkal oleh Castro sendiri. Dalam diskusinya mengenai “Keistimewaan orang Kuba”, Guevara embuat referensi yang jelas pada dukungan yang demikian (1968a, 28):

Kami tak percaya bahwa hal itu jadi dianggap luar biasa bahwa kaum borjuis, atau akhirnya sebagian terbaik darinya, memperlihatkan dirinya menguntungkan pada perang revolusioner melawan tirani pada saat yang sama di mana ia mendukung dan mempromosikan gerakan mencari solusi yang dapat dinegosiasikan yang akan mengijinkan mereka untuk menggantikan elemen-elemen rejim Batista ingin mengekang revolusi. Mengingat kondisi di mana perang revolusioner mengambil tempat dan kompleksitas tendensi-tendensi politik yang melawan tirani, itu bukan pada semua keluarbiasaan di mana beberapa elemen latifundis suatu sikap netral, atau akhirnya fihak yang tak suka berperang, pada kekuatan pemberontakan. Ini hal yang dapat dimengerti bahwa borjuasi nasional; dijatuhkan oleh imperialisme dan tirani, di mana pasukan-pasukan merampok kekayaan kecil dan membuat pemerasan sebagai suatu cara hidup harian, merasakan suatu beberapa simpati ketika mereka melihat para pemberontak muda dari gunung-gunung menghukum pasukan militer imperialisme, di mana merupakan tentara upahan. Maka kekuatan non-revolusioner, memang membantu melancarkan jalan bagi kemunculan kekuatan revolusioner.

Adalah nyata bahwa sektor menengah inilah yang memberi pasokan bagi para pemberontak di gunung-gunung. Dua penulis Kuba, Torres dan Aronde (1968, 49) menuliskan hal ini dengan sederhana: “Uang dibutuhkan: adalah kaum borjuis yang memilikinya ...” Guevara juga memberi referensi bagi “suatu gerakan bawah tanah yang luas di antara kekuatan bersenjata, dipimpin oleh suatu kelompok yang disebut orang militer murni” (Guevara, 1968a, 201). Satu gerakan demikian menghasilkan pemberontakan gagal di Cienfuegos Naval Base pada tanggal 5 September 1957. Semacam dukungan yang sama diberikan oleh partai Komunis non-revolusioner yang sampai pertengahan 1958 membuat kontak aktif dengan para pemberontak di gunung-gunung. Sementara hal itu tak pernah membesarkan hati gerakan bersenjata secara langsung, melalui partisipasi dengan organisasi-organisasi massanya, ini jelas bahwa hal itu memberi kontribusi pada penghancuran akhir rejim Batista oleh non-partisipasi dan kepasifannya.
Apa yang dikerjakan oleh pemberontakan di gunung-gunung adalah suatu menggoyang elemen-elemen dan kelompok-kelompok anti-Batista secara perlahan yang telah hidup dalam simbiosis dengan rejim. Melalui taktik-taktik ini hal itu memberi “dorongan” ekstrayang dibutuhkan untuk menghancurkan kebuntuan kekuatan politik yang ada. Sebagaimana Batista mampu berdiri di atas semua kekuatan kelas, karena tak ada kekuatan yang diberikan cukup kuat untuk mendominasi yang lainnya, maka pemerintahan pemberontak juga mampu menciptakan suatu pusat nasional yang efektif yang terbukti kebal terhadap tantangan suatu hubungan antara Kuba dan Amerika Serikat dihancurkan. Dari sudut pandang ini hal ini barangkali tidak material apakah Castro dikendalikan ke dalam pertentangan aktif oleh sikap pemerintah Amerika Serikat, atau apakah ia selalu mempertimbangkan suatu titik dalam operasinya ketika suatu kegirangan dalam hubungan terus-menerus dengan Amerika Serikat akan menjadi suatu kebutuhan. Jika Kuba memperoleh kekuasaan membuat keputusan yang otonom atas proses-proses internalnya, dibutuhkan suatu pusat kekuasaan independen untuk mempengaruhi keputusan ini. Suatu pusat kekuasaan independen demikian, bagaimanapun, tak dapat bertahan jika setiap kelompok kepentingan yang membentuknya di dalam Kuba dapat membentuk suatu aliansi efektif dengan kelompok kuat di dataram Amerika. Perpecahan dengan Amerika Serikat mungkin dari sudut pandang ini telah sangat diperlukan bagi para pemenang, jika mereka berharap memperoleh keuntungan bagi kemenangan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.