"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Jumat, 10 September 2010

Gender Dalam Dunia Pendidikan

Mengenai permasalahan gender tidak lepas dari sebuah teori yang mendasar yang dapat dibagi kepada dua kelompok teori yakni teori sosial makro, dan mikro.

Berbicara mengenai wacana gender dalam pendidikan tidak lepas dari faktor lainnya seperti organisasi keluarga dan pekerjaan, surplus ekonomi, kecanggihan tekhnologi, kepadatan penduduk dan lainnya. Karna kesemuanya adalah variabel yang saling mempengaruhi banyak hal tentang gender begitupun didalam fenomena pendidikan.

Persoalan mendasar mengenai gender bermula dari pertanyaan “ dan bagaimana dengan pearempuan ? “ hal tersebut akan dibahas dalam tiga teori yang ada dalam teori sosial makro yakni fungsionalime, teori konflik analitik dan teori sistem dunia.

Harus diakui bahwasanya teori fungsional memang gagal melihat kerugian yang dialami wanita dalam masyarakat. Alasannya dalam teori fungsional terutama dalam teori Parson cenderung meminggirkan masalah ketimpangan sosial, dominasi, dan penindasan tentu saja karna fungsionalisme selalu menekankan ketertiban sosial.1

Adanya pendidikan tidak saja melihat kepda pendidikan formal, namun harus dimulai dengan bagaimana pendidaikan itu dimulai. Tentu saja kita bisa melihat feanomena proses pendidikan dalam keluarga dimana wanita sangat berperan sebagai produsen utama fungsi-fungsi pokok keluarga.

Dalam keluarga perempuan secara tidak langsung dididik menjadi seorang yang mengutamakan perasaan. Hal itu lantas menjadi pola turun temurun sebagai hal yang dipandang alamiah maka timbulah fenomena dalam pendidikan umumnya perempuan memilih studinya yang mengutamakan perasaan dan kecerdsasan emosional. Contoh banyak perempuan lebih memilih studi tentang keperawatan, pramugari, entertainer, psikolog, guru, dan lain lain.

Dibandingkan dengan fenomena yang ada dimasa lalu gender sudah banyak memperoleh kesempatan yang sama dengan laki-laki. Dulu banyak fenomena dimana orang tua lebih mengutamakan pendidikan untuk anak laki-lakinya dengan berbagai alasan, tapi tidak dipungkiri mungkin saat ini masih bisa terjadi.

bahwasannya pada teori konflik analitik lebih menggunakan pendekatan cultural, dalam teori ini melihat adanya ketimpangan gender yang selalu disebut sebagai stratifikasi jenis kelamin.

Agar lebih jelas kelompok-kelompok feminis dapat kita golongkan menjadi tiga golongan yakni feminis liberal, radikal, dan sosialis.

Feminis Liberal adalah feminis yang mengusulkan bahwasannya perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, ciri dari gerakan ini tidak mengusulkan perubahan struktur secara fundamental, melainkan memasukan wanita kedalam struktur yang ada berdasarka prinsip kesetaraan dengan laki-laki.

Jelas mungkin bila selama ini pendidikan lebih mendahulukan kaum laki-laki maka feminis ini leabih memperjuangkan tentang adanya kesetaraan mengenai hak-hak yang seharusnya diperoleh para perempuan yang sama dengan kaum adam. Contoh dalam pendidikan adanya kesamaan memperoleh hak yang sama dalam menimba ilmu apapun yang dipandang sebagai pendidikan untuk para pria caontoh sekolah SMK/STM, AKABRI,AKPOL,Politik, dan lain sebagainya.

Inti ajaran feminis liberal2

* Memfokuskan kepada perlakuan yang sama terhadap wanita diluar dari pada didalam
keluarga.
* Memperluas kesempetan pendidikan merupakan langkah efektif untuk melakukan perubahan
sosial.
* Pekerjaan rumah tangga seperti merawat anak, melayani bapak, menyusui,memandikan,
memasak,meancuci dipandang sebuah pekerjaan tidak terampil yang merupakan pengandalan
tubuh, bukan pikiran rasional.
* Perjuangan harus meanyentuh kesetaraan politik antra wanita dan laki-laki,melalui
perwakilan wanita diruang-ruang publik
* Feminis saat ini cenderung lebih sejalandengan liberalisme kesejahteraan atau
egalitarian yang mendukung kesejahteraan Negara (welfare state).

Feminis Radikal

Feminis radaikal lebih menekankan kebalikan dari feminis liberal, jika sebelumnya kaum feminis mengusulkan kesetaraan kaum hawa dengan kaum adam maka radidkal tidak demikian, hal ini dapat dilihat dari usulan bahwasangnya hak antara laki-laki dan hak perempuan harus dibedakan. Misallnya wanita dan laki-laki mengkonseptualkan kekuasaan secara berbeda, bila laki-laki lebih pada mendominasi dan mengontrol orang lain maka perempuan lebih tertuju dalam berbagi dan merawat keakuasaannya..

Feminis ini menyatakan bahwasanya adanya keteransingan yang dialami kaum perempuan karena diciptakan oleh unsur politik maka transformasi personal lebih kepada aksi-aksi radikal.

Inti ajaran feminis radikal

* Memprotres ekploitasi terhadap wanita (termasuk peran ibu, pasanagan sex, dan istri)
feminis radikal menganggap perkawinan sebagai bentik formalitas yang
mendeskriminasikan perempuan.
* Masyarakat harus diubah secara menyeluruh,termasuk lembaga-lembaga sosial fundamental
harus dirubah secara fundamenbtal pula the personal political.

Feminis Sosialis

Aliran ini bertumpu pada teori Marx dan Engel yang beraliran sintesa histories-matrealis. Menurut Engel laki-laki dan perempuan berperan dalam pemeliharaan keluarga inti, namun kareaana tugas tradisional wanita mencakup pemeliharaan rumah tangga dan penyiapan makanan seadanagakan tugas laki-laki mencari makan,memiliki dan memerintah budak serta memiliki alat-alat prodauksi yang mendukung tugas tersebaut. Dalam hal ini laki-laki meampunyai akumulasi kekayaan yang lebih tinggi dari perempuan. Hal ini yang amenyebabkan posisi laki-laki dianggap lebih penting dan sangat mudah daalam mengekploitasi perempuan.

Inti ajaran feminis sosialis.3

* Wanita tidak dimasukan kedalam analisis kelas. Dengan alasan karna wanita tidak
mempunayai hubunagan khusus dengan alat-alat produksi.
* Mengajukan solusi bahwasannya wanita harus dibayar untuk upah kerjanya dalam rumah
tangga
* Kapitalisme memperkuat sexism, karena memisahkan antara pekerjaan rumah tangga dan
bergaji.dan maendesak agar wanita melakukan pekerjaan diwilayah domestic.

Dapat kita jelaskan bgaimana ketiga aliran feminis ini menanggapi permasalahan gender dari berbagai argumennya, hal ini juga dapat kita katkan daengan isu-isu bagaimana isu gender dalam pendidikan?

Jika kita memahami ketiga teori diatas dan ketiga teori yang ada pada teaori sosial makro sebelumnya maka gender bergerak bagaimana seharusnya perempuan. Jelas seperti dinyatakan dalam fungsionalis yang sama dengan pernyataan golongan liberal bahwa perempuan haruslah diposisikan keruang-ruang public dan memperoleah hak yang sama dengan laki-laki. Di I ndoneasia mungkin kita teringat akan perjuangan Kartini sang pahlawan yang memeperjuangkan kesamaan perempuyan dalam mengaksek dunia pendidikan dan dapat berkiprah didunia public.

Yang kedua golongan radikal jelas kebalikan dari liberal kaitannya dengan pendidikan bisa ditebak keinginannya untuk merubah struktur masyarakat yang selama ini dianggap merugikan perempuan, yakni adanya isu ekploitasi kaum perempuan oleh para laki-laki. Mungkin jika kita melihat dalam pendidikan, bisa jadi protes atas gaji guru honorer perempuan yang lebih rendah dari guru laki-laki, bisa jadi protes atas kedudukan laki-laki yang mendominasi dunia pendidikan, misal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.