"HIDUP TAK AKAN PERNA MENDAPATKAN KEDUDUKANNYA MENJADI SEBUAH KEBENARAN YANG UNTUH SECARA OBYEKTIF, HIDUP AKAN TERUS BERLANJUT DAN TERUS BERKEMBANG BERDASARKAN ZAMANNYA TAK ADA YANG ABADI DAN TAK ADA YANG TETAP".

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM

Respon Hari Anti Korupsi dan Hari HAM
Gambar ini diambil pada tanggal 9 Desember 2011, Front Perjuangan Rakyat (FPR-SULTENG).

Kamis, 09 September 2010

Filsafat Hukum

A.PENGERTIAN FILSAFAT

Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu, sesuatu yang diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan.Pengetahuan dibedakan menjadi 4 (empat) ,yaitu pengetahuan indera, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, pengetahuan agama.Istilah “pengetahuan” (knowledge) tidak sama dengan “ilmu pengetahuan”(science).Pengetahuan seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang memiliki obyek, metode, dan sistematika tertentu serta ilmu juga bersifat universal.

Adanya perkembangan ilmu yang banyak dan maju tidak berarti semua pertanyaan dapat dijawab oleh sebab itu pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab tersebut menjadi porsi pekerjaan filsafat.Harry Hamersma (1990:13) menyatakan filsafat itu datang sebelum dan sesudah ilmu mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut Harry Hamersma (1990:9) menyatakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ilmu (yang khusus) itu mungkin juga tidak akan pernah terjawab oleh filsafat.Pernyataan itu mendapat dukungan dari Magnis-Suseno (1992:20) menegaskan jawaban –jawaban filsafat itu memang tidak pernah abadi.Kerena itu filsafat tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah hal ini disebabkan masalah-masalah filsafat adalah masalah manusia sebagai manusia, dan karena manusia di satu pihak tetap manusia, tetapi di lain pihak berkembang dan berubah, masalah-masalah baru filsafat adalah masalah –masalah lama manusioa (Magnis-Suseno,1992: 20).

Filasafat tidak menyelidiki salah satu segi dari kenyataan saja, melainkan apa – apa yang menarik perhatian manusia angapan ini diperkuat bahwa sejak abad ke 20 filsafat masih sibuk dengan masalah-masalah yang sama seperti yang sudah dipersoalkan 2.500 tahun yang lalu yang justru membuktikan bahwa filsafat tetap setia pada “metodenya sendiri”.Perbedaan filsafat dengan ilmu-ilmu yang lain adalah ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan, sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan..Kesimpulan dari perbedaan tersebut adalah filsafat tersebut adalah ilmu tanpa batas karena memiliki syarat-syarat sesuai dengan ilmu.Filsafat juga bisa dipandang sebagai pandangan hidup manusia sehingga ada filsafat sebagai pandangan hidup atau disebut dengan istilah way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld-en levenbeschouwing yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala bidang kehidupanya dan filsafat juga sebagai ilmu dengan definisi seperti yang dijelaskan diatas.

Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang menyeluruh dan universal, dan sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya.Penelahaan secara mendalam pada filsafat akan membuat filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif itu semua berarti bahwa filsafat melihat segala sesuatu persoalan dianalisis secara mendasar sampai keakar-akarnya.Ciri lain yang penting untuk ditambahkan adalah sifat refleksif krisis dari filsafat

B.PEMBIDANGAN FILSAFAT DAN LETAK FILSAFAT HUKUM.

Terdapat kecenderungan bahwa bidang-bidang filsafat itu semakin bertambah, sekaipun bidang-bidang telaah yang dimaksud belum memiliki kerangka analisis yang lengkap, sehingga belum dalam disebut sebagai cabang.Dalam demikian bidang-bidang demikian lebih tepat disebut sebagai masalah-masalah filsafat.Dari pembagian cabang filsafat dapat dilihat dari pembagian yang dilakukan oleh Kattsoff yang membagi menjadi 13 cabang filsafat.

Seperti kita ketahui bahwa hukum berkaitan erat dengan norma-norma untuk mengatur perilaku manusia.Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang filsafat manusia, yang disebut etika atau filsafat tingkah laku.

C.PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM

Karena filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.Maka obyek filsafat hukum adalah hukum.Definisi tentang hukum itu sendiri itu amat luas oleh Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto (1986:2-4) keluasan arti hukum tersebut disebutkan dengan meyebutkan sembilan arti hukum.Dengan demikian jika kita ingin mendefinisikan hukum secara memuaskan, kita harus dapat merumuskan suatu kalimat yang meliputi paling tidak sembilan arti hukum itu.Hukum itu juga dipandang sebagai norma yang mengandung nilai-nilai tertentu.Jika kita batasi hukum dalam pengertian sebagai normaNorma adalah pedoman manusia dalam bertingkah laku.Norma hukum diperlukan untuk melengkapi norma lain yang sudah ada sebab perlindungan yang diberikan norma hukum dikatakan lebih memuaskan dibandingkan dengan norma-norma yang lain karena pelaksanaan norma hukum tersebut dapat dipaksakan.

D.MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT HUKUM

Dari tiga sifat yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain manfaat filsafat hukum dapat dilihat.Filsafat memiliki karakteristik menyeluruh/Holistik dengan cara itu setiap orang dianggap untuk menghargai pemikiran, pendapat, dan pendirian orang lain. Disamping itu juga memacu untuk berpikir kritis dan radikal atas sikap atau pendapat orang lain. Sehingga siketahui bahwa manfaat mempelajari filsafat hukum adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun pada jalan baru.

E.ILMU ILMU LAIN YANG BEROBJEK HUKUM

Disiplin hukum, oleh Purbacaraka, Soekanto, dan Chidir Ali, di artikan sebagai teori hukum namun dalam artian luas, yang mencakup politik hukum, filsafat hukum, dan teori hukum dalam arti sempit atau ilmu hukum.

Dari pembidangan tersebut, filsafat hukum tidak dimasukkan sebagai cabang ilmu hukum, tetapi sebagai bagian dari teori hukum (legal theory) atau disiplin hukum. Teori hukum dengan demikian tidak sama dengan filsafat hukum karena yang satu mencakupi yang lainnya. Satjipto Raharjo (1986: 224-225) menyatakan, teori hukum boleh disebut sebagai kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita mengkonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas. Teori hukum memang berbicara tentang banyak hal, yang dapat masuk ke dalam lapangan politik hukum, filsafat hukum, atau kombinasi dari ketigabidang tersebut. Karena itu, teori hukum dapat saja membicarakan sesuatu yang bersifat universal, dan tidak menutup kemungkinan membicarakan mengenai hal-hal yang sangat khas menurut tempat dan waktu tertentu.

JAMAN PENCERAHAN (AUFKLARUNG)

(Pokok Bahasan XI)

PENCERAHAN

(Aufklärung, Jerman; Enlightenment, Inggris; eclaircissement, Prancis) berlangsung selama abad ke-17 dan ke-18.
Pada abad ini terjadi dua peristiwa penting, yaitu: The Glorious Revolution di Inggris tahun 1688 dan Revolusi Prancis tahun 1789.
sapare aude !
“beranilah berpikir sendiri”
Semboyan di atas menandai dimulainya jaman pencerahan. Immanuel Kant (1724-1804) menegaskan bahwa “pencerahan” merupakan sikap pembebasan manusia dari ke-tidak-dewasa-an (unmündigkeit) akibat kesalahannya sendiri.
Kesalahan itu terletak dalam keengganan atau ketidak-inginan manusia untuk memamfaatkan rasionya; orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya (wahyu ilahi, nasihat para ahli, otoritas agama, atau negara).
Keyakinan pencerahan akan masa depan yang cerah mendapat dukungan kuat dari ilmu pengetahuan yang berkembang pesat kala itu, terutama ilmu pengetahuan alam dan teknik. Misalnya di Inggris, muncullah Isaac Newton (1643-1727) dengan hukum gravitasinya yang tidak mengijinkan segala macam spekulasi atau hipotesis atas fenomena dunia, melainkan menjamin kepastian. Hypotheses non fingo.
Di kalangan penyair, Newton dipuja sebagai pembawa terang: Nature and nature’s laws lay hid in night. God said, “Let Newton be!” and all was light. (Pada awalnya alam dan hukumnya tersembunyi dalam kegelapan malam. Allah berfirman “Jadilah Newton !”, maka segala sesuatunya menjadi terang).

PENCERAHAN DI TIGA KAWASAN PENTING

1. Inggris

Dalam wilayah sosial-politik, dihasilkanlah naskah-naskah penting yang menjamin kebebasan warga, mislahnya Habeas Corpus (1679) yang menetapkan bahwa seorang tahanan harus dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu tiga hari dan diberi tahun atas tuduhan apa ia ditahan. Hal ini menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang hanya boleh ditahan atas perintah hakim.
Dalam ranah lainnya, Undang-undang Pers tahun 1693 menjamin kebebasan berpendapat bagi segenap warga. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengajukan kritik terhadap otoritas gereja atau negara tanpa perlu merasa takut. John Locke (1632-1704) mendesak agar dalam pemerintahan perlu ada pembagian kekuasaan dan memberikan jaminan atas hak kelompok minoritas mengadakan oposisi.

2. Prancis

Pencerahan di Prancis berlangsung secara liberal dan radikal –dengan sentimen anti-Gereja. Voltaire (1694-1778) menyerukan pemusnahan gereja “Ecrasez l’infâme !” (luluh lantakkan yang buruk). Contoh lainnya, adalah pendirian patung Dewi Rasio di dalam katedral Notre Dame, tahun 1793.
Puncaknya adalah manakala Prancis mencapai Revolusi Prancis yang diawali dengan penyerbuan penjara Bastille, tempat para tahanan politik dikurung, tanggal 14 Juli 1789.

3. Jerman

Pencerahan di Jerman lebih fokus pada persoalan moral dan upaya untuk menemukan hubungan antara rasio dan agama.
Gotthold Ephrain Lessing (1729-1781) dalam bukunya Pendidikan Bangsa Manusia melihat bahwa dengan dorongan semangat Pencerahan kelak akan tiba suatu jaman ketika kebenaran-kebenaran wahyu Allah dalam kitab suci akan digantikan dengan kebenaran-kebenaran berdasarkan akal budi, suatu jaman ketika orang “melakukan yang baik, karena hal itu adalah sesuatu yang baik, bukan karena adanya semacam ganjaran yang datang daripadanya”
Suatu ‘otonomi manusia’ menjadi proyek besar di sini. Suatu otonomi dalam berpikir dan menentukan tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai sesuatu yang baik, benar, dan tahan uji.

Hal ini pulalah yang kita dapati dalam filsafatnya Kant. Bagi Kant, sudah tiba saatnya untuk menyatakan bahwa akal budi manusia adalah ukuran dan prinsip untuk segala-galanya; untuk apa saja yang ia ketahui (segi epistemologi), untuk apa saja yang ia perbuat (segi moral), dan untuk apa saja yang ia harapkan (segi teleologis).
Pandangan Kant di atas, mengarah pada ‘subjektivitas’ manusia. Berkat rasionya, sang ‘Aku’ menjadi pusat pemikiran, pusat pengetahuan, pusat perasaan, pusat kehendak, dan pusat tindakan sehingga manusia bukan lagi sebagai viator mundi (peziarah di dunia), melainkan sebagai faber mundi (pembuat dunia).

PARA FILOSOF JAMAN PENCERAHAN

Terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan pada jaman ini, yaitu rasionalisme dan empirisme.

RASIONALISME

(Khususnya di Prancis dan Jerman) adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan sejati adalah akal budi atau rasio, bukan pengalaman. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk menegaskan pengetahuan yang telah didapatkan dari rasio. Rasio sendiri tidak memerlukan pengalaman; ia dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri berdasarkan asas-asas yang pasti. Metode kerjanya bersifat deduktif. Contohnya Matematika.

PARA FILSUF RASIONALISME

Para filsuf Rasionalisme sepakat bahwa rasio manusia mampu mengenal dan menjelaskan seluruh realitas berdasarkan asas atau prinsip pertama. Hanya mereka tidak sepakat mengenai jumlahnya. Menurut Descartes, prinsip pertama itu memiliki dua (atau lebih tepat tiga) substansi. Adapun Spinoza mengatakan hanya ada satu substansi. Sementara Leibniz mengatakan ada banyak substansi yang disebutnya sebagai monade.

Descartes: “Cogito, ergo sum”
Rene Descartes (Nama Latinnya, Renatus Cartesius, 1596-1650) dijuluki Bapak Filsafat Modern.

Filsafat Descartes berawal dari satu pertanyaan: Apakah ada metode yang pasti sebagai dasar untuk melakukan refleksi filosofis? Untuk menjawabnya, Descartes melakukan apa yang kemudian dinamakan sebagai sikap keragu-raguan radikal. Ia menganggap bahwa segala sesuatu yang ada hanyalah tipuan, dan tidak ingin menerima apapun sebagai ssesuatu yang benar, jika kita tidak memahaminya secara jelas dan terpisah. Hanya yang bisa dipahami dengan jelas dan terpisah itulah yang menjadi norma untuk menentukan kepastian dan kebenaran.

Namun, jika segala sesuatu diragukan keberadaannya, ada satu hal yang sama sekali tidak bisa diragukan lagi sehingga harus diterima secara mutlak, yakni kenyataan bahwa Aku yang sedang meragukan segala sesuatu ini ada! Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal keberadaan dirinya sendiri. “Saat aku mencermati dan berpikir bahwa segala sesuatu adalah salah…, pada saat itu aku menyadari kebenaran ini:

“Aku berpikir, maka aku ada”. Kebenaran ini tampak sangat jelas dan pasti, sehingga anggapan kaum Skeptis tida bisa mengguncangkannya. Sehingga aku merasa yakin aku bisa menerima kebenaran ini sebagai prinsip pertama filsafat yang tengah aku cari ”
Ungkapan Descartes mengisyaratkan satu hal bahwa pemikiran atau kesadaran tidak bisa dipisahkan dari diri seseorang. Hakikat manusia adalah pemikiran (res cogitans)
“Benar, aku hanyalah makhluk yang berpikir … Makhluk yang bisa meragukan, mengamati, membenarkan, menolak, menginginkan, tidak menginginkan, berimajinasi, dan merasakan”
Bagi Descartes, kesadaran diri seseorang harus diterima sebagai kebenaran karena saya memahaminya dengan jelas dan terpisah. Dan inilah kerangka-bangun filsafat Descartes.
Berkat kesadaran diri yang diperoleh dari refleksi atas keraguan radikal, Deskartes membangun suatu jalan kepastian intuitif yaitu dengan cara dua langkah:

1. Arah “ke dalam” atau pada kesadaran individu bersangkutan.

Menurut Descartes, karena segala sesuatu dari luar tidak bisa dipercaya, manusia perlu mencari kebenaran dalam dirinya sendiri, sambil menggunakan kriteria di atas (jelas dan terpisah). Sebagai hasilnya, Descartes menemukan bahwa dalam diri manusia ada tiga hal yang disebutnya “ide-ide bawaan” (Ideae innatae).

a. Ide pemikiran (cogitatio)
b. Ide Allah (deus)
c. Ide keluasan (extentio)
2. Arah “ke luar”.

Dari adanya kesadaran diri (cogito), Descartes berusaha memahami realitas alam-dunia. Seperti halnya para pemikir Yunani dan Skolastik, Descartes juga sampai pada kesimpulan bahwa apa yang ada merupakan suatu substansi, yakni “ada” yang berdiri sendiri. Menurut Descartes, selain (1) Allah, masih ada dua substansi lain, yakni (2) jiwa yang dalam hal ini adalah pemikiran, (3) materi atau keluasaan. Namun, karena Descartes meragukan keberadaan segala sesuatu, maka ia kesulitan untuk menerima adanya suatu realitas lain di luar kesadaran, yakni realitas alam-dunia material yang mempunyai kejelasan dan keterpisahan tersendiri. Saat menghadapi hal ini, Descartes menemukan jalan keluarnya pada Allah sebagai penyebab pandangan kesempurnaan.

Bagi Descartes, Allah sebagai wujud sempurna tidak mungkin menipu. Disinilah, Descartes menjadikan Allah sebagai penjamin kepastian pengetahuan kita mengenai realitas material-empiris atau alam dunia.

Proses pengetahuan di awali dari “Aku” melalui Allah menuju dunia. Dilihat dari sisi objek-materialnya (dunia), Allah adalah yang pertama, segala sesuatu berdasar kepada-Nya. Namun, dilihat dari sudut proses pengetahuan, kesadaran manusialah yang pertama.

Tugas filsafat adalah:

“Mendapatkan pandangan yang menjadikan hidup ini bisa menghasilkan buah bukan mengusahakan pegetahuan yang bersifat teoritis (Skolastik), filsafat harus mengusahakan pengetahuan praktis yang memungkinkan kita mengenali daya dan kekuatan dari api, air, udara, bintang, dan segala sesuatu di sekitar kita –seperti halnya pekerjaan yang dijalani oleh para pengrajin. Dengan demikian, filsafat haruslah mampu memanfaatkan daya dan kekuatan dari semua unsur tersebut untuk segala macam keperluan praktis manusia sehingga menjadikan kita sebagai tuan dan pemilik alam ini”

EMPIRISME

Adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengalaman (empeiria, Yunani) merupakan sumber utama pengetahuan, baik pengalaman lahiriah ataupun pengalaman batiniah. Rasio bukan sumber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman untuk dijadikan pengetahuan. Metodenya bersifat induktif. Contohnya Ilmu Pengetahuan Alam.

PARA FILSUF EMPIRISME

Rasionalisme dianut oleh para filsuf di wilayah Eropa, sedangkan Empirisme berasal dari Inggris. Empirisme dirintis oleh Francis Bacon yang menekankan metode empiris-eksperimental dalam menyelidiki apa yang bisa diketahui manusia. Setelah Bacon, Hobbes mendasarkan filsafat politiknya pada penelitian empiris atau motivasi-motivasi manusia yang dibandingkannya dengan sebuah arloji. Locke membangun epistemologinya dengan didasarkan pada anggapan bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi.

Locke: “Anggap saja, pikiran itu … seperti selembar kertas putih”
John Locke (1632-1704), lahir di Wrington dekat Briston. Persahabannya dengan Robert Boyle, seorang ahli kimia Inggris, membangkitkan minatnya pada pendekatan empiris.

Sejak tahun 1691, Locke yang menderita penyakit asma akut ini, hidup di pedesaan hingga wafatnya pada tahun 1702. Pada batu nisannya terdapat kata-kata yang ditulis oleh Locke sendiri saat masih hidup:

“Wahai para pejalan kaki, berhentilah sejenak ! Di sini terbaring John Locke. Kalau Anda bertanya, orang seperti apa dia, ia akan menjawab: seorang yang hidupnya puas dengan hal-hal sederhana, ia memang dibesarkan oleh ilmu pengetahuan, namun apa yang telah dijalankan seluruh hidupnya adalah pengabdian pada kebenaran. Pelajarilah ini dari tulisannya-tulisannya !”

Tentang Pengetahuan

Dari manakah sumber pengetahuan yang bisa dipercaya? Dari mana pengetahuan itu berasal? Locke menjawabnya, “Pengalaman. Semua pengetahuan kita berdasarkan pengalaman; dan dari pengalaman inilah pengetahuan itu berasal.

Sebelum mengalami sesuatu, pikiran atau rasio kita seperti tabula rasa atau kertas kosong. Baru kemudian kertas itu mendapat isinya dari pengalaman.
Ada dua macam pengalaman yang bisa dibedakan, yaitu ;

1. “Pengalaman lahiriyah” (sense atau external sensation) atau pengalaman indrawi, yang berhubungan dengan realitas material yang ditangkap dengan pancaindra kita, dan
2. “Pengalaman batiniah” (internal sense atau reflection) yang terjadi apabila kesadaran melihat aktivitasnya sendiri dengan cara “mengingat”, “menghendaki”, “meyakini”, dan sebagainya.

Dari dua macam pengalaman ini diperoleh “pandangan-pandangan sederhana” (simple ideas), yakni isi kesadaran yang berfungsi sebagai data-data empiris. Pandangan ssederhana ini masih bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu pandangan yang:

1. Diterima hanya oleh satu indera kita, misalnya warna diterima oleh indera mata, bunyi diterima oleh indra telinga;
2. Diterima melalui beberapa indra, misalnya ruang dan gerak;
3. Dihasilkan berkat refleksi kesadaran, misalnya kenangan atau memori;
4. Yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan atau refleksi, misalnya rasa tertarik, minat, dan waktu.
5. Dalam menerima pandangan ini, pemikiran atau rasio sama sekali pasif. Baru kemudian, setelah pandangan sederhana ini tersedia, rasio bekerja membentuk “Pandangan Kompleks” (Complex Ideas) dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.

Dalam hal ini ada tiga jenis pandangan kompleks yang bisa dibedakan, yaitu:
1. Substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya manusia atau tumbuhan;
2. Modi atau pandangan kompleks yang keberadannya bergantung kepada substansi, misalnya siang adalah modus dari hari;
3. Hubungan sebab-akibat, misalnya pandangan kausalitas dalam pernyataan: “air mendidih karena dipanaskan dengan api hingga 100 celsius”.
4. Kalau “Pandangan Sederhana” berasal secara langsung dari pengalaman indrawi, maka “Pandangan Kompleks” tidak bisa diamati secara langsung, tetapi diketahui melalui kombinasi-kombinasi dari berbagai pandangan tunggal.
5. Demikianlah, Locke merasa yakin telah dapat menjelaskan terjadinya pengetahuan manusia.

Minggu, 05 September 2010

Filsafat Ilmu Komputer

 Tugas Filsafat Ilmu Komputer :
1.    Apa pernyataan Aristoteles mengenai filsafat dan Ia membagi filsafat menjadi berapa ilmu? Sebutkan!
Jawab :  Pernyataan Aristoteles mengemukakan bahwa filsafat sebagai semua kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akaliah; dan membaginya menjadi ilmu pengetahuan poietis (terapan), ilmu pengetahuan praktis (dalam arti normatif seperti etika, politik) dan ilmu pengetahuan teoritik. Ilmu pengetahuan inilah yang dikatakan sebagai yang terpenting, dan membaginya menjadi ilmu alam, ilmu pasti dan filsafat pertama yang kemudian dikenal sebagai metafisika.

2.    Coba sebutkan anak-anak gerakan Renaissance & Aufklarung yang membebaskan filsafat dari koloni atau sub koloni agama!
Jawab :  Copernicus, Galileo Galilei, Kepler, Descartes, dan Immanuel Kant adalah termasuk anak-anak gerakan Renaissance & Aufklarung yang membebaskan filsafat dari koloni atau sub koloni agama.

Lagi, Sembilan Korban Rusuh Buol Dirujuk Ke RS Undata

Ditulis oleh Syahnia Amanda 

Sabtu, 04 September 2010 19:24

PALU, (04/10)- Setelah  Iksan Mangge, tadi 9 orang korban kerusuhan Buol kembali di rujuk ke RS.undata Palu - Sulteng.

Kesembilan korban tiba di bandara Mutiara Palu di dampingi oleh Bupati Buol Amran Batalipu  dengan menumpang  Pesawat Expres,

Mereka yang dirujuk tersebut, rata-rata mengalami luka tembak dari aparat, saat kerusuhan berlangsung  Mereka antara lain:  Iwan (23) warga desa Lamadong tertembak di kaki sebelah kiri, Alimin (40) warga kelurahan Pajeko tertembak sebanyak 2 kali di bagian leher dan belakang.

20 Senpi Rakitan Sisa Kerusuhan Poso Disita

Ditulis oleh editor  
Sabtu, 21 Agustus 2010 23:25
PALU, (20/8) - Sebanyak 20 pucuk senjata api (senpi) rakitan sisa kerusuhan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa tahun lalu, disita aparat Polres setempat.
"Jumlah senjata api yang disita itu kita temukan saat operasi cipta kondisi dan penyakit masyarakat berlangsung selama sebulan terakhir di Poso," kata Kapolres Poso AKBP Amiludin Roemtaat, Jumat.
Dia mengatakan, 20 senpi rakitan yang disita itu masing-masing 15 pucuk laras pendek dan lima lagi adalah laras panjang, yang sebagian besarnya diperoleh di wilayah Kecamatan Poso Pesisir.
"Meski sudah tidak difungsikan lagi karena kondisinya yang rusak, namun senjata-senjata itu tetap kita sita agar tidak disalahgunakan di kemudian hari," kata orang pertama di Polres Poso itu.
Saat ini, kata dia, puluhan pucuk senpi rakitan itu telah diserahkan ke Markas Polda Sulteng untuk dijadikan barang bukti.

Jumat, 13 Agustus 2010

Kristen dan Ilmu Pengetahuan

Ketika datang ke Kristen dan Sains, mungkin tidak ada yang beriman lebih bermasalah pada abad terakhir dari pertanyaan tentang asal usul kehidupan. 1 Karena banyak ahli biologi (baik Kristen dan non-Kristen) memperlakukan evolusi sebagai fakta ilmiah, orang Kristen telah berjuang untuk mendamaikan iman mereka dalam Alkitab dengan "fakta" sains. 
 
Sebagai contoh, Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakan orang tua kita yang pertama (Adam dan Hawa) benar-benar terbentuk, namun klaim ilmu evolusi bahwa semua makhluk hidup berevolusi dari setitik tunggal kehidupan. Selain itu, teori evolusi berpendapat alam semesta yang sangat tua, suatu tempat antara 13 dan 15 miliar tahun. Di sisi lain, membaca lurus ke depan dari Kejadian 1 nampaknya mengindikasikan bahwa penciptaan peristiwa asli terjadi jauh lebih baru. Kami mengakui bahwa dalam komunitas Kristen umur alam semesta adalah subjek kontroversial, namun untuk tujuan bab ini, kita akan memfokuskan perhatian kami pada membela fakta "" penciptaan, belum tentu waktu nya. 2 

Rabu, 11 Agustus 2010

Sejarah Perjuangan Mahasiswa Indonesia 1908-1999

1. Gerakan Mahasiswa 1908
Lahirnya generasi pertama lapisan pemuda berpendidikan modern, sebenarnya bukanlah produk sosial yang murni berasal dari rakyat Indonesia. Kehadiran mereka merupakan produk situasi atau didorong oleh perubahan sikap politik pemerintahan kolonial Belanda terhadap negeri ini. Melalui kebijakan “Politik Etis” yang diciptakan Belanda setelah menjajah lebih dari tiga ratus tahun di atas bumi persada, kaum pribumi khususnya lapisan pemuda, mendapatkan kesempatan untuk masuk ke lembaga-lembaga pendidikan yang telah didirikan oleh Belanda. Walaupun dengan batasan lapisan masyarakat, lembaga pendidikan, dan keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada, sehingga banyak pemuda pribumi yang berhasil lulus baik, atas bantuan pemerintah Belanda, dikirim ke luar negeri (kebanyakan ke negeri Belanda) untuk melanjutkan studi mereka.

Dalam masa yang penuh tantangan dihadapkan dengan suasana kolonialisme, realitas politik berupa berlangsungnya proses pembodohan dan penindasan secara struktural yang dilakukan Belanda, berkat kemajuan pendidikan yang berhasil mereka raih berimplikasi pada peningkatan tingkat kesadaran politik,para pelajar dan mahasiswa merasakan sebagai golongan yang paling beruntung dalam pendidikan sehingga muncul tanggung jawab untuk mengemansipasi bangsa Indonesia.

Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, pada tahun yang sama dengan berdirinya BU oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, dibentuk pula Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia,tahun 1925.

Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam,dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxis, dll menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju “kemajuan yang selaras” dan /atau terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

Selasa, 03 Agustus 2010

RINGKASAN DAS KAPITAL

DAS KAPITAL Marx adalah sebuah dari buku-buku yang amat penting dan berpengaruh ditulis. Setiap orang yang mengerti dunia modern  ini, haruslah membaca buku itu. Sayang buku itu rada menjengkelkan. Beberapa dari kesukaran itu tak terhindarkan karena ketidak laziman dan pikiran yang rumit-rumit yang memang tidak mudah dimengerti. Tapi buku itu terlihat menakutkan daripada yang sebenarnya. Terminologi Marx, gaya argumentasinya, mungkin terasa asing mulanya. Beberapa bab pendahuluan bahkan lebih abstrak dan sulit. Tapi pembaca yang tangguh akan memungut faedahnya. 
Tujuan saya dengan penuntun ini, membuat DAS KAPITAL lebih mudah dicerna. Sebagian besar isi penuntun ini terdiri dari bab-bab yang memberikan keterangan mengenai kapital, menjelaskan dan memberikan keterangan mengenai kapital, menjelaskan dan mengidentifikasikan bahaya-bahaya pokok dari argumentasi Marx. Saya telah mencabut bagian-bagian tertentu untuk mengomentarinya secara khusus, apabila Marx memasuki hal-hal kritis dalam analisanya. Atau, ketika ia memasuki masalah-masalah besar yang tidak cukup panjang ditulisnya dimanapun.

Sabtu, 31 Juli 2010

FILSAFAT GERAKAN REVOLUSIONER

Manusia harus mempunyai pedoman, agar hidupnya terarah. Agar tidak goyah menghadapi rintangan-rintangan yang dihadapi dalam proses perjalanan hidup. Oleh karena itu setiap aktifitas hidup pun perlu dibimbing oleh pedoman atau teori yang ada.
Dunia pergerakan sebagai sebuah profesi revolusioner yang telah atau sedang dan yang akan kita geluti untuk membebaskan rakyat dari penindasan dan penghisapan kaum penindas pun memerlukan panduan berupa logika berpikir, tentunya logika berpikir yang sudah teruji keampuhannya dalam merontokan sistem penindasan. Adagium Rusia berkata: " Tidak ada gerakan revolusioner tanpa teori revolusioner “, adalah benar tentunya.
Persoalan logika berpikir adalah masalah hubungan antara pikiran dan keadaan,  atau antara ide (pikiran) dengan materi. Antara mana yang lebih dahulu (primer) dan sekunder antara ide dan materi? Dengan logika berpikir maka kita akan bisa memilah persoalan, membuat prioritas-prrioritas tentang hal-hal yang mendesak yang harus dilakukan seorang aktivis gerakan untuk perubahan.

CARA YANG BENAR DALAM MENGANALISA


1.       Apakah segala  sesuatu mengalami perubahan ?

Tanpa ada perkecualian segala sesuatu berubah dan akan terus berubah. Kita tidak dapat berpikir tentang sesuatu yang telah mutlak selesai dan lengkap dan tidak akan barubah lagi. Apabila memperhatikan sekeliling kita, alam dan masyarakat manusia, kita dapat menyaksikan segala sesuatu ‑­bahkan manusia ‑‑ terus berubah. Kita bisa melihat berbagai macam hal tumbuh berkembang dan berubah. Perubahan dapat tarjadi secara perlahan‑lahan atau tiba‑tiba dan mendadak. Segala sesuatu mempunyai permulaan dan akhir.

Bila segala sesuatu berubah, maka pemahaman manusia mengenai sesuatu hal dan pengetahuannya berubah dan  berkembang pula. Analisa yang akurat terhadap  sebab‑sebab dan cara‑cara bagaimana sesuatu benda dan peristiwa berubah merupakam lompatan jauh ke depan dan dapat memicu kemajuan pengetahuan manusia. Dan melalui kemajuan pengetahuan manusia sanggup secara aktif dan efektif mangubah sesuatu untuk keuntungannya sendiri. Oleh karena kita mengetahui dan menyadari segala sesuatu terus berubah, maka kita tidak akan mundur atau menyerah pada saat menghadapi setiap masalah dan situasi sulit.  Akan tetapi sabaliknya kita akan secara aktif mencoba mengatasi masalah untuk memajukan kepentingan demokrasi nasional rakyat .