Betapa kontras dengan gambaran harapan dari gerakan marxis digambarkan terbelenggu oleh tangan kapitalis! Klas pemilik menggambarkan kaum sosialis revolusioner sebagai individu‑individu gila yang membohongi diri dan yang lainnya dengan pandangan‑pandangan fantastik dari suatu dunia pekerja. Kaum penguasa kapitalis seperti kanak‑kanak yang tak bisa menggambar sebuah gambar dunia dimana mereka tidak ada dan dimana mereka bukan figur sentral.
Mereka mengklaim dipandu oleh logika dan akal sehat. Sekarang saatnya ini dunia mengambil satu pandangan untuk menentukan siapa yang irasional dan siapa yang berakal sehat : kaum kapitalis atau kaum penentang mereka yang revolusioner. Monarki masyarakat jaman ini mengamuk dan bertingkah laku seperti orang gila. Mereka menjbloskan dunia ke dalam pemunuhan massa untuk kedua kalinya dalam seperempat abad; membakar peradaban; dan ancaman merusak dasar‑dasar kemanusiaan. Dan juru bicara bagi orang‑orang miring ini menganggap kita gila dan perjuangan kami bagi sosialisme bukti ketidakrealistisan.
Tidak, justru sebaliknya. Di dalam berjuang melawan kegilaan kapitalisme terhadap sistem sosialis bebas dari penghisapan dan penindasan, perang‑perang, krisis‑krisis, perbudakan imperialis, dan barbarisme, kami marxis adalah orang‑orang yang paling berakal sehat hidup. Itulah mengapa, tak seperti kelompok‑kelompok politik dan sosial yang lain, kami ambil ilmu logika sebegitu seriusnya. Logika kami adalah alat yang sangat penting untuk membantu perjuangan melawan kapitalisme dan bagi sosialisme.
logiks fislektika materialis adalah, pasti, begitu berbeda dari logika yang ada dari dunia borjuis. Metode kita, seperti ide‑ide kita, adalah, seperti yang kita ajukan untuk membuktikan, lebih ilmiah, lebih prkatis, dan juga jauh lebih logis daripada logika yang yang lain. Kita mengutamakan pemhaman yang lebih luas dan kepemahaman prinsip‑prinsip fundamental dari ilmu yang disana ada suatu logika terdalam dari hubungan‑hubungan menembus semua ralitas dan bahwa hukum dari logika bisa diketahui dan disebarkan kepada yang lainnya. Dunia sosial di sekitar kita hanya merupakan indrawi sperfisial. Ada metode pun dalam kegilaan klas kapitalis. Kesulitan kita adalah menemukan hukum apa yang paling umum dari logika dalam dari alam, masyarakat, dam pikiran manusia.Sementara kaum borjuis hilang ingatan, kita harus berusaha meningkatkan dan memperjelas punya kita.
Kita punya presiden‑presiden yang hebat untuk usaha semacam ini. Selama tahun‑tahun awal PD I, Lenin, didalam pembuangan di Berne, Swiss, merangkum studi logika hegel‑nya secara simultan dengan mengembangkan program perjuangan bolsewiknya melnentang perang imperialis. Kesan dari karya teoritis ini dapat dilihat dari semua pemikiran, tulisan, dan tindakannya selanjutnya. Lenin mempersiapkan dirinya dan partainya bagi kedatangan peristiwa‑peristiwa lewat penguasaan dialektika. Dalam bulan‑bulan pertama PD II, saat mengatur pertempuran menlawan oposisi borjuis kecil dalam partaipekerja sosialis, Trotsky menekankan berkali‑kali betapa pentingnya metode dialektika materialis dalam poilitk sosialis revolusioner. Bukunya, In defense of Marxism, berevolusi di sekitar poros teoritis.
Inilah, seperti didalam semua aktivitas kami, kami dipandu oleh pemimpin‑pemimpin sosialisme ilmiah yang mengajarkan kebenaran dialektika yang tak ada yang begitu prkatis dalam politik kaum proletar selain metode berppikir yang benar. Metode tersebut hanya lah metode dialektika materialis yang sedang kita kaji.
I. Asal Mula Definisi Logika
Logika adalah suatu ilmu. Setiap ilmu mempelajari suatu bentuk khusus dari gerak dalam hubungan‑hubungan dengan bentuk‑bentuk gerak material dan mencari untuk menemukan hukum umum dan cara‑cara gerak spesifik dari gerakan tersbut. Logika adalah ilmu proses pikiran. Para ahli logika menyelidiki akivitas proses pikiran yang berlangsung di dalam kepala manusia dan merumuskan hukum‑hukum, bentuk‑bentuk dan interelasi dari proses‑proses mental tersebut.
Dua tipe utama dari logika telah muncul bnerasal dari dua tahap utama di dalam perkembangan ilmeu logika: logika formal dan dan dialektika. Ini adalah bentuk gerak mental yang telah berkembang begitu tinggi. Mereka memilki sebagaimana fungsi mereka pemahaman yang sadar dari segala bentuk gerak, termasuk punya mereka sendiri.
Walaupun kami secara primer tertarik pada dialektika materialis, kami tidak harus memulai sama sekali untuk memahami metode dialektika. Kita harus mendekati tidak langsung lewat pertama‑tama ide‑ide fundamental dari bentuk berpkir lainnya: metode logika formal, Sebagai suatu metode berpikir, logika formal adalah oposisi dari dialektika materialis.
Mengapa, lalu, kita memulai studi dialektika materialis kita lewat mengkaji penentangnya da dalam ilmu logika ?
II. Perkembangan Logika
Ada jawaban‑jawaban hebat untuk suatu prosedur semacam itu. Pertama dari semua, dialektika tumbuh dari logika formal di dalam perkembangan sejarah. Logika formal adalah sistem pengetahuan ilmiah besar pertama dari proses pemikiran. Adalah puncak karya filosofis dari Yunani kuno, mahkota kejayaan pemikiran bangsa Yunani. Pemikir‑pemikir Yunani awal membuat banyak penemuan‑penemuan penting tentang alam dari proses berpikir dan hasil‑hasilnya. Pe‑sintesa pemikiran Yunani, Aristoteles, ,mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengkritik, dan mensistimatiskan hasil‑hasil positif dari pemikiran tentang pikiran dan lalu menciptakan logika formal. Euclides melakukan hal yang sama untuk geometri dasar;Archimides untuk mekanik dasar; Ptolomeus dari Alexandria kemudian untuk astronomi dan geografi; Galen untuk anatomi.
Logika Aristoteles mendapat pengakuan dalam bidang pemikiran selama lebih dari 200 tahun. Ia tak mempunyai saingan samapi ia tertantang, disingkiran dan dilangkahi oleh dialektika, sistem ilmu logika besar kedua. Dialektika merupakan hasil dari suatu gerakan ilmiah revolusioner menutup berabad‑abad tenaga kerja intelektual. Ia datang sebagai puncak dari kerja otak pemahaman para filsuf borjuis dari revolusi borjuis demokratis di Eropa barat dari abad ke 16 sampai abad ke 16. Hegel, Raksaksa mazab filsafat idealis borjuis jerman, merupakan mahaguru yang merubah ilmu logika yang pertama, seperti marx jelaskan, " menerangkan bentuk‑bentuk umum dari gerakan (dari dialektika) dalam suatu cara yang komprehensif dan penuh sadar. "
Marx dan Engels adalh pengikut Hegel dalam bidang logika. Mereka pada gilirannya mengakibatkan suatu revolusi dalam revolusi ilmu logika hegel dengan menghilangkan elemen mistik dari dialektikanya dan menempatkan dialektika idealisnya pada suatu fondasi materialis yang konsisten.
Bila, jadi, kita mendekati dialektika materialis dengan cara logika formal, kita harus menelusuri langkah‑laangkah dari kemajuan ilmu logika secara historis aktual yang berkembang lewat logika formal dan dialektika.
Bila, kemudian, kita mendekati dialektika matrial lewat cara logika formal, kita harus melacak langkah‑langkah dari kemajuan historisaktual ari ilmu logika yang berkembang lewat logika formal ke dialektika.
Adalah salah menilai dari gambaran singkat dari sejarah logika ini pun bahwa bangsa Yunani tak tahu apa‑apa tentang dialektika atau Hegel dan Marx gigih menolak ide‑ide logika formal. Seperti kata Engels:" para filsuf yunani kuno semua secara alamiah adalah kaum dialektis an aristoteles, yang paling cerdas diantara mereka, pun telah menganalisa bentuk‑bentuk yang paling esensial dari pemikiran dialektika." Sebaliknya dialektika menjadi suatu elemen embrio dalam pemikiran Yunani. Para filsuf Yunani tak berhasil dalm mengmbangkan pandangan‑pandangan mereka menjadi bentuk ilmiah yang sistimatis. Mereka mewariskan dalam bentuk akhir logika formal Aristoteles. Pada saat yang sama, obsservasi dialektis mereka , kritisisme pemikiran formalan mereka, dan sifat paradoks mereka pertama‑tama memunculkan prblem‑problem dan mengekspos keterbatasan‑keterbatasan logika formal yang telah ilmu logika singkirkan pada abad‑abad gemilang dan yang mana dialektika kaum Hegelian dan Marxis telah pecahkan.
Ahli‑ahli dialektika moderen ini tidak memandang logika formal sempit. Sebaliknya. Mereka menggambarkan logika formal bukan hanya metode pemikiran yang penting secara historis namun juga sangat penting pun sekarang bagi pemikiran yang benar. Namun di dalam dirinya logika formal jelas punya kekurangan. Elemen masuk akal‑nya merupakan suatu bagian dari dialektik. hubungan‑hubungan antara logika formal dan dialektika telah diperbaiki. Sementara diantara para filsuf Yunani sisi formal dari logka menjadi menonjol dan aspek dialektika tidak penting, di dalam mazhab dialektika moderen menduduki rangking terdepan dan sisi formal murni dari logika berada dibawahnya.
Karena dua tipe pemikiran berlawanan ini memilki begitu banyak poin dalam logika formal dan kebanyakan masuk sebagai material struktural menjadi kerangka pikir dari logika dialektis, akan memuaskan menduduk diri kita pertama dengan llogika formal. Di dalam megkaji logika formal kita telah menyiapkan jalan menuju dialektika. Dengan menjelaskan kegagalan‑kegagala, atau batas‑batas, dari logika formal, kita harus kenyataannya telah mengakhiri Jurang pemisah logika formal dari dialektika. Hegel menyatakan pemikiran yang sama ini dalam Logika‑nya sebagai berikut: " Adalah imanen di dalam batas‑batas itulah merupakan suatu konttradiksiyang mengirimkan sesuatu kepada
Akhirnya, dari prosedir ini kita dapat mengambil suatu pelajaran yang penting dalam pemikiran idalektis. Hegel mengatakan bahewa sesuatu tak begitu diketahui sampai kau tahu apa lawan secara sosio‑ekonomis, kapitalis. Kalian tak bisa mengetahui apakah Trotkisme itu sampai kalian tahu sesensi dari antitesisnya, Stalinisme. Jadi kalian tak bisa mengambil alam yang paling dalam dari dialektika pertama‑tama mengambil suatu terobosan pemahaman dari para pendahulunya dan antitesis teoritis, logika formal.
III. Tiga Hukum Dasar dari Logika Formal
Ada tifa hukum fundamental dari logika formal. Pertama dam yang paling penting adalah Hukum identitas. Hukum ini bisa nyatakan dalm berbagai cara seperti: Suatu benda selalu sama atau identik dengan dirinya. dalam istilah aljabar: A sama dengan A.
Formulasi khusus dari hukum ini tak begitu penting sewaktu ide terlibat. Pemikran asensual tecakup dalam hukum identitias. Mengatakan bahwa suatu benda selalu sama terhadap dirinya adalah sama juga menilai bahwa dibawag semua kondidi ia tetap satu dan sama. Suatu benda yang ada berada secara absolut pada setiap momen yang ada. Seperti ahli fisis katakan: "Materi tak bisa diciptakan dan dihancurkan," contohnya, materi selalu menjadi materi.
Penilaian yang tak kondisional i dari hukukm identitas absolut dari suatu benda dengan dirinya sendiri menimbulkan perbedaan dari sesnsi benda‑benda dan pikiran. Bila suatu benda selalu dan dalam semua kondisi sama arau identik dengan dirinya, tak pernah bisa tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan ini mengambil secra logis dan tak terhindarkan dari hukum identitas. Bila A selalu sama dengan A, tak bisa pernah sama dengan non‑A.
Kesimpulan ini dibuat eksplisit dalam hukum kedua dari logika formal : Hukum kontradiksi. Hukum kontradiksi menyatakan: A adalah bukan non‑A. Ini tak lebih dari formulasi negatif dari penilaian positif yang dinyakan dalam yang pertama hukum logika formal. Bila A adalah A, berikutnya, menurut pemiran formal, bahwa A tak bisa menjadi non‑A. Jadi Hukum logika formal kedua, hukum kontradiksi, membentuk tambahan esensial bagi hukum yang pertama.
Beberapa contoh: seorang manusia tak bisa menjadi bukan manusia; Demokrasi tak bisa menjadi tidak demokrasi; seorang buruh tak bisa menjadi seorang buruh.
hukum kontradiksi menyiratkan hasil perbedaan dari esensi benda‑benda dan pikiran tentang benda‑benda. Bila A selalu perlu identik dengan dirinya, tak bisa berbeda dari dirinya. Perbedaan dan persamaam adalah, menurut dua aturan logika ini, berbeda sekali, benar‑benar tak berhubungan, karakter ekslusif saling menunjang dari baik benda‑benda maupun pikiran‑pikiran.
Kwalitas ekslusif saling menunjang dari benda‑benda hukum pertukaran nilai‑nilai persamaan membentuk fondasi dari masyarakat pemroduksi komoditi.
Ijinkan saku menempatkan suatu contoh menarik dari jenis pemikiran ini berasal dari tulisan‑tulisan Aristoteles. di dalam Posterior Abalytics (Buku I; bab 33, hal, 158), Aristoteles berkata bahwa seorang tak bisa secara simultan memahaminya, bahwa manusia secara esensial adalah binatang‑ and kedua, bahwa manusia secara esensial bukan binatang, itulah, meungkin menganggap bahwa dia lain daripada binatang. Begitulah, seorang manusia secara esensial soerang manusia dan tak pernah bisa atau berpikir trak menjadi seorang manusia.
Ini pasti tentulah menurut diktat dari hukum logika formal. Kini kita semua tahu ternyata bertentangan dengan fakta. Teori evolusi alam mengajarkan bahwa manusia secara esensial adalah binatang dan tak bisa lain daripada binatang. Secara logis berbicara, manusia adalah seekor binatang. Namun kita tahu juga dari teori evousi sosial, yang merupakan kelanjutan dan perkembangan dari evolusi binatan g secara murni, bahwa manusia tak lebih dari dan lain dari seoerkor binatang. Dengan kata lain, dia secara esensial bukan seekor binatang melainkan manusia, yang merupakan spesies mkhluk hidup yang sangat berbed dari semua binatang lainnya. Kitam dan kita tahu bahwa kita, dua benda ekslusif yang saling bergantung pada satu dan saat yang sma, Aristoteles dan hukump‑hukum secara ekspresif adalah catatan yang diambil dari dalam hukum ketiga dari logika formal. Ini adalah hukum pertengahan khusus. Menurut hukum ini, setiap benda adalaj dam pasti juga salah satu dari dua benda‑benda ekslusif. Bila A sama dengan A, ia tak bisa sama dengan non‑A. A tak bisa jadi bagain dari dua klas yang berlawanan pada satu atau saat yang sama. Dimana saja dua pernyataan yang saling belrlawanan atau hubungan bermusuhan satu sama lain, baik itu mungkin benar atau juga salah. A adalah juga B atau ia bukan B. Kebenatran dari suatu pendapat meniratkan keidakbenaran kebalikannya.
Hukum ketiga ini adalah suatu kombinasi dari dua pertama dan mengalir secara logis dari mereka.
Ketiga hukum ini merupakan basis dari logika formal. Semua jawabanjawaban formal dihasilkan dari aturan dari proposisi‑proposisi ini. Selama dua ratus tahun mereka merupakan aksioma tak terbantahkan dari sistim pikiran Aristoteles, hanya sebagai
logika formal sebaliknya tak kokoh berdiri.
IV. Isi Material dan Realitas Obyektif dari Hukum‑Hukum Ini
Kalian dapat lihat dari contoh ini bagaimana cepatnya dan spontaninatsnya karakter dialektis dari benda‑benda dan pikiran‑pikiran dari suatu pemahaman kritis dari pemikiran formal. Disamping tujuan‑tujuan baik menekankan pandangan saya terhadap logika formal, kalian akan meneliti bahwa saya membuat langkah kepada batasan‑batasan dari logika itu momen yang aku inginkan mendaptkan kebenaran dari benda‑benda. Sekarang mari kita kembali kepada daerah logika formal.
Aku menyatakan sebelum para ahli dialetika moderen tak membantah semua kebenaran terhadap hukum logika formal. Semacam suatu sikap akan berbalik kepada ruh dialektika yang melihat beberapa elemen ari kebenaran dalam semua penilaian. Pada saat yang sama dialektika membuat kita bisa mendeteksi pembatasan‑pembatasan dan kesalhan‑kesalahan dalam memformulasikan pemikiran tentang benda‑benda.
Hukum logika formal berisi elemen yang terbantahkan dan penting dari kebenaran. Mereka merupakan generalisasi‑generalisasi,bukan ide‑ide murni yang digabung dari entah dimana dan tiada. Mereka tidak dibentuk atas proses pemikiran dan atas dunia nyata oleh Aristoteles dan para pengikutnya dan lalu membudak meniru selam ratusan tahun sesudhnya. Milyaran orangtak pernah mendengar tentang Aristoteles atau pikiran tentang logika berpikir dan masih berpikir dalam kepatuhan kepada hukum yang ia formulakan pertama. Dalam seperti gaya semua tubuh jatuh paling tidak menurut hukum gerak Newton meskipun, kecuali bagi tubuh manusia, mereka tak memahami teori‑teorinya. Mengapa orang berpikir dan benda‑benda bertindak dalam dunia obyektif sejlan dengan generalisasi‑generalisasi teoritis dari Aristoteles dan Newton? Karena alam esensial dari realitas membuat mereka berpikir dan bertindak demikian. Hukum‑hukum pemikiran Aristoteles memilki banyak isi material dan sebanyak suatu basis dalam dunia obyektif sebgaimnana hukum‑hukum gerak mekanis Newton."... metode pemikiran kita baik formal maupun dialektika,, bukan konstruksi arbitrer dari rasio kita namun cenderung ekspresi dari antar hubungan nyata dalam alam itu sendiri." (Trotsky, In Defense of Marxism, hlm. 84.).
Karakteristik realitas material apa yang direfleksikan dan direproduksi secara konseptual dalam hukum‑hukum pemikiran formal?
Hukum identitas merumuskan fakta‑fakta material yang membatasi benda‑benda, kwalitas khusus benda‑benda, melanjutkan dan mengutamkan kesamaan yang dapat dikenal diantara semua perubahan‑perubahan fenomenal mereka. Dimanapun kontinyuitas yang esensial berada dalam realitas, hukum identitas dapat diterapkan.
Kita tak bisa bertindak ataupun berpikir secara benar tanpa secara sadar dan tidak sadar mematuhi hukum ini. Bila kita tidak bisa mengenal diri kita sendiri sebagai orang yang sama dari momen ke momen dari hari ke hari ‑ dan ada orang‑orang yang tak bisa, yang lewat amnesia atau gangguan mental yang lain kehilangan kesadaran identias diri mereka ‑ kita akan hilang. namun hukum identitas tak kurang rasional bagi dunia daripada untuk kesadaran manusia. Ia diterapkan setiap hari dan di mana saja bagi kehidupan sosial. Bila kita tidak dapat menal bagian yang sama dari metal lewat aneka ragam operasi, kita tak bisa mendapatkan begitu jauh dengan produksi. Bila seorang petani tak bisa mengikuti jagung yang ia rawat dari kecil hingga besar dan kemudian sewaktu makan, pertanian tak akan mungkin.
Anak kecil mengambil suaaatu langkah besar dalam memahami alam dunia ketika berhasil memahami untuk pertamakalinya kenyataan bahwa sang bunda mnyuapinya merupakan orang yang sama leawat aneka ragam tindakan menyuapi. Pengenalan kebenaranini tak lain adalah kemampuan khusu pengenalan hukum identitas.
Bila kita tak bisa bilang apakan suatu kondisi pekerja lewat semua perubahannya, kita dapat dengan mudah keluar dari jalur yang benar dddalam lingkaran‑lingkaran rumit dari perjuangan kleas kontemporer. Kenyataannya, kaum oposisi borjuis kecil salah dalm melihat masalah Rusia, bukan hanya menentang dialetika, namunterutama karena mereka tidak bisa secara benar menrapkan hukum identitas dalam proses perkembangan Uni Soviet. Mereka tak melihat itu, disamping segala perubahan dalam USSR dihasilkan oleh degenarari dibawah rejim politik Stalinis, Uni Soviet memilki fondasi ekonomi dari kondisi pekerja yang diciptakan oleh kaum buruh dan Tani lewat Revolusi Oktober.
Klasifikasi yang benar, muncul dari perbandingan kemirippan dan ketidakmiripan, adalah basis yang perlu dan tahap pertama dalri semua penelitian ilmiah. Klasifikasi dan, penempatan benda‑benda dalam klas‑klas yang sama dan pemisahan dari benda‑benda yang lain dan pengelompokkan dalam klsa‑klas yang berbeda, tak akan mungkin tanpa hukum identitias. Teori revolusi organi berasal dalam dan bergantung pada pengenalan dari identias esensial dari semua makhluk yang berbeda di bumi ini. Hukum gerak mekanis Newton berasal dari suatu kepala tunggal semua gerakan‑gerakan masa, dari batu yang jatuh ke planet‑planet yang berutar dalam sistem solar. Semua ilmu sebagaimana semua tindakan yang cerdas bersandar didalam sebagian atas hukum identitas ini.
Hukum identitas mengarahkan kita mengenal kemiripan diantara perbedaan, permanen diantara perubahan‑perubahan, menyatukan kemiripan‑kemiripan dasar diantara bentuk‑bentuk yang berbeda dan terpisah dengan nyata, membuka ikataikatan nyata dari keatuan antara mereka, melacak hubungan0hubungan antara fase‑fase yang berbeda dan ikut dalam tatanan rapi tetap ari fenomena yang sama. Itulah mengapa penemua dan peningkatan hukum ini begitu hebat dialam sejarah pemikran ilmiah dan mengapa kita tetap menghargai Aristoteles bagipemahaman siknifikansi kekhususannya. Itu juga mengapa umat manusia terus bertindak dan berpikir menurut hukum dasar logika formal ini.
"Apa yang begita khas dialam hukum identitas ini?" Kalian bisa bertanya. Iaa berkata tak lebih daripada fakta‑fakta yang jelas bahwa "suatu benda adalah benda ," atau "ini adalah ini."
Sebaliknya hukum ini tidak begitu membuktikan ataupun begitu kecil seperti yang tampak pada sisi pertama. Adalah sangat penting bahwa hukum yang momentum secara tepat dinilai dan siknifikansi historis dri penemuannya di pahami.
Adalah suatu kemjuan besar dalam pengetahuan dunia ketika manusia menemukan bahwa awan, uap, hujan, es semuanya adalah air atau bahwa surga dan dunia‑sampai sekarang diyakini sebagai subtansi yang berlawanan dan berbeda‑adakbenar‑benar satu dan sama. Ilmu biologi berevolusi dengan penemuan bahwa semua tingakt makhluk hidup antara organisme satu sel dan manusia terdiri dari subtansi yang sama. Ilmu fisika berevolusi dengan demontrasi bahwa semua bentuk gerakan material dapat berubah ke dalam suatu yang alin dan hadi secara esensial identik.
Tidakkah langkah yang menakjubkan kemajuan dalam pemahaman sosial dan poitis ketika seorang pekerja menemukann pada satu sisi bahwa seorang pekerja upahan apadalah seorng pekerja upahan, dan di lain sisi bahwa kapitalis adalah kapitalis? Dan bahwa dimana‑mana memilki kepentingan klas yang sama dan mengatasi semua batas‑batas pabrik, nasional dan ras. Jadi suaatu pengenalan dari kkebenaran tercakup didalam hukum identitas adalah suatu syarat yang perlu untuk menjadi seorang soaialis revolusioner.
Adalah suatu hal, bagaimanapun, mematuhi suatu hukum dan menggunakannya dan begitu suatu hal yang berbeda meahami dan merumuskan nya dalam suatu yang ilmiah. Setiap orang makan sesuai hukuk fisiologis tertentu, namun mereka tidak tahu hukum digesi apa dan bagaimana mereka bekerja. Adalah sama dengan hkum logika. Setiap orang berpikir, namun tak semua orang tahu hukum apa yang mengatur aktivitas pemirannya. adalah warisan gemilang Aristoteles bahwa ia membuat dengan eksplisit dan mengekspresikannya dalam istilah‑istilah logis hukum identitas ini yang mengalir lewat proses pikiran kita.
Hukum kontradiksi merumuskan kenyataan material yang membantu keberadaan benda‑benda dan macam‑macam benda, atau keadaan dari benda yang sama yang bertalian, berbeda dari dan saling meniadakan. Nyatalah saya bukan jenis yang sama dari manusia seperti kalian; saya benar‑benar berbeda. Juga saya bukan orang yang sama dari saya yang kemarin; saya berbeda. Uni Soviet tidaklah sama dengan negara‑negara yang lain, tidak juga sama dengan nya 20 tahun yang lalu. Ia berbeda.
Hukum formal dari kontradiksi, atau melihat perbedaan, adalah perlu bagi klasifikasi sebagaimana hukum identitas. Di samping itu, tanpa keberadaan dari perbedaan‑perbedaan tak akan ada kebutuhan bagi klasifikasi.
Hukum formal dari pengggabungan memperlihatkan kenyataan bahwa benda‑benda saling bertentangan dan meniadakan yang saling bergantung di dalam realitas. Saya selain adalah sya sendiri juga orang yang lain; hari ini saya sama atau berbeda dari saya yang kemarin. Uni Soviet sama atau berbeda dari negara‑negara yagn lain; tidaklah bisa keduanya di dalam waktu yang sama. SAya seorang manusia aaatau binatang; saya tak bisa keduanya secara simultan dan dalam arti yang sama.
Jadi hukum logika formal memperlihatkan gambaran yang mewaili dunia nyata. Mereka memilki suatu isi material dan suatu basisi obyektif. Mereka pada suatu dan waktu yang sama hukum berpikir, dari masyarakat, dan dari alam. Tiga hukum ini memberikannya suatu karakter universal.
Tiga hukum itu kita konsentrasikan pada bukan perwujudan seluruh logika formal. Mereka secara sederhana membentuk dasar‑dasarnya. Pada basis ini dan darinya muncul suatu struktur kompleks dari ilmu logika yang teruji dengan cermat elemen‑elemen dan mekanisme‑mekanisme dari bentuk‑bentuk berpikir. Namun kita harus tidak masuk kedlam suatu diskusi aneka ragam kategori‑kategori, bentuk‑bentuk preposisi, pendapat‑pendapat, silogisme, dsb, yang menentukan isi tubuh dari logika formal. Ini dapat di temukan dalam tiap buku logika dasar tidak cocok dengan tujuan kita kini. Kita secara prinsipil memperhatikan pemahaman ide‑ide esnsial dari logika formal, bukan perkembangan detelnya.
V. Logika formal dan Cara Pikir Umum
Di dalam lingkaran‑lingkaran intelektual cara pikir umum berlangsung dalam penghargaan yang tinggi sebagai suatu metode berpikir dan sebagai pedoman untuk aksi. Hanya ilmu berdiri diatas nya dalam hirarki nilai. Adalah atas nama caea pikir umum dan ilmu, contohnya, bahwa Max Eastman menyarankan kaum marxis membuang dialektika metafisik dan mistik. Sayangnya, para ideolog borjuis kecil dan borjuis jarang memberitahu kita terdiri dari apa isi logis dari cara pikir umum itu dan hubungan apa yang ada antara cara pikir umum dan ilmu mereka.
Kita disini harus melakukan tugas tersebut bagi mereka, pada kenyataanya para anti dislektika tak hanya tahu apa dialektika itu. Bahkan mereka tak tahlu apa sesungguhnya logika formal itu. Ini tak mengejutkan. Tahukah kaum kapitalis apa itu kapitalisme, apa hukumnya, bagaimana hukum‑hukum ini perlu bekerja? Bila melakukannya, mereka tak akan tidak sadar oleh krisis‑krisis dan perang‑perangnya, tidak juga begitu yakin akan keabadian sistim berharga mereka . Pasti kaum Stalinis tak tahu apa sesungguhnya stalinisme dan apa perlunya memimpin. Bila mereka melakukan, mereka tak lagi jadi kaum stalinis namun jadi cara mereka menjadi sesuatu yang lain.
Sejauh cara pikir umum memilki karakteristik yang sistimatis, logis, mereka dibuat dari hukum logika formal. Cara pikir umum dapat didefinisikan sebagai versi tak sistimatis dan setengah sadar dari logika formal. Ide‑ide dan metode‑metode logika formal digunakan sampai kini selama berabad‑abad dan menjadi begitu terjalin di dalam proses berpikir kita dan dalam susunan peradaban yang bagi kebanyakan orang yang mereka rasa eksklusif, normal, cara berpikir alamiah. Konsepsi dan mekanisme logika formal, seperti silogisme, adalah alat‑alat berpikir sefamiliar dan seumum seperti pisau‑pisau dan alat‑alat yang lain.
Kalian tahu bahwa kaum borjuis percaya bahwa masyarakat kapitalis adalah abadi, mereka bilang, beradaptasi terhadap alam manusia yang tak berubah. Sosialisme, mereka bilang, adalah tidak mungkin atau tak dapat cocok karena manusia akan selalu terbagi ke dalam klas‑klas yang bertentangan, kaya dan miskin, kuat dan lemah, penguasuai dan yang dikuasai, bermilik dan tak punya, dan klas‑klas ini akan selalu bergulat sampai mati demi hal‑hal yang baik dari kehidupan. Suatu bentuk organisasi sosial dimana tak ada klas‑klas, dimana pemerintahan terpimpin sebagai pengganti anarki, dimana yang lemah dilindungi melawan yang kuat, dimana solidaritas berkuasa daripada perjuangan barbar, muncul puncak absurditas untuk mereka. Mereka mensahkan semacam ide‑ide sosialis sebagai fantasi‑fantasi kaum utopis, harapan‑harapan orang‑orang malas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.