Telah kubiarkan hatiku bunuh diri. Masih kuingat geleparnya yang terakhir, dan darah menggenang memantulkan bayang luka-luka, merobek kegembiraan masa lalu. kenangan yang masih membias sinarnya, memerah, melemah. Pupus.
Sejak lama aku berkemas, berjalan tanpa hati. Kubina diri tanpa rasa, mengupas suka-duka, melepas manis-getir, menebas keindahan dan buruk rupa. Jauh dan dekat darimu akan kutempuh, mengambang telaga tanpa riak, mengapung di lautan datar. Hidup yang tanpa gemuruh, tanpa hiruk-pikuk, tanpa liuk-liku, tanpa gelora. Hidup tanpa rasa.
Tapi cinta seperti kanker, menyebar pesat kesekujur tubuh. Dan dirimu seperti cahaya, menyusup lorong-lorong tersempit. Dan diriku menyerapmu penuh, mengisapmu luruh.
Kau menari dalam darahku, menggenang, menggerayang, mengacak ruang-ruang sukma. Diriku tak lagi tertata seperti dulu. Wajahmu memompa jantung, banjiri benak.
Bafasku menghirup gerakmu.
Lidahku mengecap nafasmu.
Mataku mengeja bibirmu.
Lalu gelakmu, gegapmu, lenguhmu.
Lalu hidupku dipaku hidupmu.
Tanpa hati memandangmu, aku tetap gemetar.
Ooo Menggelepar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang menulis komentar yg tidak senono dengan etika merusak moral dan berbau SARA.